"Mami, Dede tambah seribu lagi buat ojeknya. Jadi ojeknya habis empat ribu," begitu laporan si dede kepada maminya sore ini saat pulang sekolah dengan tubuh yang agak basah.
"Kok tambah seribu lagi? Biasa juga ongkosnya tiga ribu, De!" protes maminya.
"Mami, ini kan hujan. Dede kasihan, jadi ditambahin seribu lagi. Biar Abangnya gak kapok juga," demikian penjelasan si dede.
Mendengar penjelasan si dede yang 'kasihan' sama abang ojeknya, tentu si mami memaklumi dengan keputusan si dede.
Sore ini terpaksa si dede pulang sekolah naik ojek yang bukan langganannya karena sedang pulang kampung. Kebetulan si mami pas mau berangkat jemput hujan mulai turun. Jadi si dede berinisiatif pulang sendiri dengan mencegat ojek di depan sekolahnya.
Seperti biasa sebelum naik si dede menanyakan ongkosnya dan disepakati tiga ribu perak. Standar umum harganya memang segitu. Tapi karena di luar keadaan normal, ada acara hujan si dede memberikan tambahan seribu rupiah.
Apa yang dilakukan si dede, sebagai orangtua memang patut untuk memberikan apresiasi.Secara nilai seribu perak memang tak seberapa. Paling cukup beli sepotong kue untuk sekali telan. Glek. Habis.
Namun inisiatif si dede untuk memberikan tambahan seribu rupiah yang sesuai kemapuannya bagi tukang ojek yang mengantarkan pulang sampai ke rumah bagi saya sangat bernilai. Minimal ini dapat mengasah kepekaan dan rasa empati kepada sesamanya.
Membayar lebih dari harga normal atas sebuah layanan atau jasa bukan hanya mendatangkan kepuasan bagi hati yang ikhlas memberikan. Namun membangkitkan rasa dihargai dan kepuasan bagi yang memberikan layanan.
Apakah saya harus membayar lebih atas harga yang sudah disepakati? Rugi dong saya! Tidak harus memang dalam harga ini dan ini bukan masalah untung dan rugi. Tapi......apa ya?
@refleksihatidipagihari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H