Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kewajiban

22 Januari 2014   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:35 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya demi untuk menulis atau aktif di sosial media saja rela seakan mewajibkan diriku setiap hari tanpa sadar dengan mengorbankan kewajibanku untuk ibadah atau lupa memeluk istri tercinta dan melakukan pekerjaan dengan baik.

Tahu Salah Tapi Tidak Merasa Kewajiban Menjadi Baik

Saya tahu sedalam-dalamnya atas kesalahan dengan banyak melalaikan kewajibanku sebagai manusia. Cuma seringkali pula tidak sadar sedalam-dalamnya untuk berusaha dengan sepenuh hati untuk berubah dengan mengulangi kesalahan yang sama.

Mungkin ada yang mengatakan menjadi baik itu adalah pilihan. Tapi justru saya memahami menjadi baik itu adalah kewajiban sebagai manusia. Mengapa? Karena apa yang yang diajarkan semua agama adalah hal-hal yang baik. Sejatinya juga manusia pada hakekatnya adalah baik dan bila kini hidup dalam kesalahan, maka ada kewajiban untuk kembali menjadi baik.

Sudah entah berapa lama, saya tahu banyak kesalahan dan kewajiban yang telah dilalaikan. Tapi sampai saat ini kondisinya tetap sama. Sama banyak salahnya. Sama banyak kewajiban yang telah dilalaikan.

Penyakit Jiwa

Saya pikir inilah penyakit jiwa yang sedang menghinggapi umat manusia. Tahu salah, tapi tetap mengulang kesalahan yang sama. Tahu itu kewajiban tapi tetap tidak mewajibkan diri untuk melaksanakannya.

Tahu salah tapi tidak sadar-sadar dan terus mengulangi kesalahan yang sama, itulah penyakit batin yang sedang merasuki umat manusia pada jaman kegelapan ini. Kegelapan batin namanya.

Yang lebih parah lagi adalah tidak menyadari penyakit batin yang sedang diderita. Tapi bila penyakit fisik yang dialami dapat menyadarinya.

Sejatinya penyakit jiwa itu lebih penting dan genting untuk diobati sebab ini menyangkut kehidupan saat ini dan nanti. Tetapi saya tetap lebih memilih segera berobat ke dokter bila sedang demam, sedangkan sakit iri, dengki, dan benci.

Tiba-tiba ada suara yang bergetar,"Ehmmm....makanya sadar bro, jangan cuma bisa menulis dan eksis di sosial media saja. Jangan lupa kewajibannya dong untuk menjadi manusia yang baik!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun