Menyikapi Ketidakadilan
Kinh harus mengalami ketidakadilan dengan menikah dengan pria yang hanya disukai oleh orangtuanya. Bukan atas cinta. Tapi Kinh tetap menerima sebagai rasa bakti pada orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan.
Kinh juga harus menerima ketidakadilan atas apa yang tidak pernah diniatkan sekalipun. Dituduh hendak membunuh suaminya dengan bukti gunting di tangan. Padahal niatnya adalah ingin merapikan kumis suaminya.
Ada rasa kecewa, tapi Kinh tidak menyikapi dengan pelarian yang salah. Ia memilih pergi mencari kedamaian dengan bermeditasi hingga mencapai pencerahan, sehingga dapat meninggalkan semua masa lalunya yang kelam dan kemudian menjadi sosok yang berbeda dalam memandangi hidup.
Bagaimana dengan kita menerima ketidakadilan yang harus kita terjadi? Pengalaman saya sendiri, alih-alih pergi mencari kedamaian malahan mencari ketidaktenangan dengan tidak menerima ketidakadilan itu. Menyalahkan sana-sini, melampiaskan emosi atau dongkol dalam hati adalah yang seringkali terjadi.
Begitu yang terjadi berulang kali. Pada akhirnya boro-boro pencerahan, justru kekotoran batin semakin menumpuk. Setiap momen berharga untuk mencerahkan hidup berlalu begitu saja karena kebodohan dalam menyikapi. Minimal itulah kebodohan saya. Tapi kisah Kinh ini paling tidak membuat mata hati saya terbuka untuk menyikapi ketidakadilan dalam hidup bila mengalami lagi.
AFIRMASI:
Tuhan, semoga kami selalu dijauhkan dari sifat curiga yang berlebihan, agar tidak terjebak dalam kesalahan yang tidak seharusnya. Berkati kami dengan Cahaya-Mu, agar kami memiliki ruang hati yang lapang untuk menerima setiap ketidakadilan yang harus kami alami sebagai cara untuk mendewasakan kerohanian kami.
@refleksihatidipagihari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI