Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

HP

15 Januari 2014   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak punya HP sekarang ini? Apalagi kini alat ini bukan lagi barang mewah dan  hanya digunakan untuk berkomunikasi. Dalam satu genggaman banyak hal yang bisa dilakukan. Untuk hiburan mendengarkan lagu atau main game. Bisa juga berfungsi untuk mengabadikan momen-momen penting atau mengikuti perkembangan berita terkini.

Bahkan sekarang HP atau smartphone bisa lebih dekat dan disayang daripada istri/suami atau sabar. Karena selalu lebih dekat dan dielus-elus dengan lembut dan penuh perasaan.


Bagi saya sendiri HP merupakan alat yang sangat dibutuhkan untuk menulis. Sebab bisa dengan nyaman menari-narikan jemari di atasnya. Ribuan tulisan lahir dari kerjasama apik jemari dan tuts yang menjadi bagian penting dari HP untuk mengetikkan huruf-huruf menjadi kata lalu terangkai  berubah jadi kalimat.

Saya memang lebih nyaman mengetik menggunakan HP yang masih ada papan ketik fisiknya daripada dengan layar sentuh. Ini masalah kebiasaan saja barangkali.

HP itu sudah menjadi barang yang sangat disayang. Apa jadinya ketika HP kesayangan mengalami kerusakan? Pernah mengalami, rasanya makan dan tidur tak enak sampai kepala puyeng dan uring-uringan.  Mau mengetik dari netbook, jari-jari terasa kaku dan otak pun terasa beku.

Kini kembali HP kesayangan mengalami 'sakit' dan rasanya sedih. Mau dibanting tak tega juga. Masih sayang. Berharap masih bisa diperbaiki. Mau beli lagi? Perlu berpikir seribu kali. Jurus lebay pertama.

Dari kejadian kerusakan HP ini ada pembelajaran untuk tidak terlalu memaksakan diri dan tidak mengikuti keinginan untuk membeli yang baru. Karena kondisi sedang tidak memungkinkan.

Kalau sehari-dua hari tidak menulis tidak mungkin membuat kelaparan. Tapi kalau tidak ada nasi? Pasti akan kelaparan ini perut. Jurus lebay kedua.

Kira-kira jurus lebay ketiganya apa ya? Masih ada sih. Ceritanya pernah terpikirkan, perlu juga untuk menerapkan yang namanya puasa berinternet atau pegang HP minimal sehari atau tiga hari misalnya. Karena lama-kelamaan tanpa sadar sudah memberhalakan alat ini. Tapi kok kurang lebay ya?

Tapi saya kira perlu menjadi gerakan secara pribadi, agar jangan sampai dari menjelang tidur sampai bangun lagi itu barang seakan tak terpisahkan. Sampai ketika beribadah pun tak kuasa untuk melirik-lirik pesan yang masuk.

Mungkin sudah gejalah umum, sekarang ini di mana-mana sampai di tempat ibadah ada tulisan atau logo peringatan untuk mematikan HP. Tapi nyatanya tetap tak mempan. Lagi khusyuk mendengarkan yang ceramah, tiba-tiba HP berdering. Pakai lagu dangdut lagi. Mau tak mau  semua mata beralih pandangan. Untung para umat tidak sampai pada berdiri lalu bergoyang Cesar. Apa kata dunia?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun