Demi uang, kekuasaan, kedudukan, kenamaan, gengsi, ambisi harus berujung pada stress. Bukannya tak boleh ada keinginan. Tapi perlu mengukur diri dan tahu kebutuhan sejati yang perlu dicari.
Ketika keinginan berlebih dan tak bisa terpenuhi, maka stress yang didapati. Ini boleh dibilang penyakit masyarakat terkini.
Jangan heran bila yang masih anak-anak saja bisa stress gara-gara keinginannya punya HP BB tak terpenuhi, sebab anak-anak tetangga kiri-kanan sudah pakai BB semua. Sementara orangtua belum sanggup membelikan.
Jadi ingat diri sendiri kelakuannya dulu, gara-gara HP rusak saja bisa stress berat, jadi uring-uringa karena tak bisa memosting tulisan.
Mau Bahagia Tidak Mau Sedih
Ketika sukses kita bahagia dan pada saat gagal kita stress. Bahagia diterima namun gagal ditolak. Padahal keduanya adalah bagian kehidupan. Tidak adil bukan?
Seandainya, kita dapat bersikap adil, mau menerima sukses dan gagal apa adanya, maka kita tidak akan bermasalah dengan stress yang akan menyusahkan hidup kita.
Menang atau kalah diterima. Sukses dan gagal dirangkul. Tak ada yang perlu ditolak. Dengan memperlakukan semuanya dengan adil, maka stress tidak akan mendapat tempat.
"Berpikir" dengan Hati
Harus diakui stress yang kita alami karena beban pikiran yang begitu berat. Otak terus bekerja, sehingga di ranjang pun tak bisa tidur nyenyak.
Ada teman yang mengatakan, lebih baik capai badan daripada capai pikiran. Kalau capai badan keringatan dan setelah istirahat bisa segar kembali. Kalau capai pikiran? Lama-lama jadi stress.