Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menulis: Motivasi, Terapi, dan Membuat Tertawa

19 Juni 2013   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:47 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal menulis tujuannya benar-benar untuk diri sendiri. Menulis sebagai cara untuk memotivasi dan terapi pada saat dalam keterpurukan hidup dan penderitaan yang datang silih berganti.

Menulis di buku dan blog 'Catatan@Seorang Pemenang' dalam kenikmatan kesendirian di ujung sengsara. Menggali kekuatan jiwa mengalir melalui kata-kata yang bagaikan mutiara.

Luar biasa. Dalam waktu tiga bulan kehampaan di tepian harapan memberikan hasil yang nyata. Hidup mulai bergairah. Dari beberapa kata kini sudah entah berapa.

Lalu saya berpikir. Apa salahnya bila kata-kata yang ada dibagikan pada sesama? Siapa tahu ada yang mempunyai masalah yang sama? Lalu menulis jadi untuk berbagi pada siapa saja.

Termotivasi untuk selalu menuliskan sesuatu yang bernilai dengan menyelipkan pesan dan makna. Mengolah kata demi kata demi tujuan ada yang berguna.

Sejak membaca buku karya Ajahn Brahm ' Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya' membuat saya terpengaruh dan melahirkan inspirasi.

Membaca lembar demi lembar kisah yang disajikan seringkali membuat saya tertawa lepas. Selain cerita lucu, Ajahn Brahm tak jarang membuat dirinya terlihat bodoh, sehingga menjadi bahan tertawaan. Tertawa sambil menyelami keindahan makna yang ada.

Saya benar-benar jadi terinspirasi. Bagaimana bisa menulis yang bisa membuat yang membaca bisa tertawa? Minimal senyum-senyum sendiri. Biar pun diri sendiri yang menjadi korban tertawaan.

Jadi ketika ada yang mengatakan dirinya tertawa membaca tulisan yang saya sajikan. Saya pun ikut tertawa bahagia. Tujuan menulis untuk menghibur telah mengenai sasaran.

Mungkin juga ada yang diam-diam tertawa ketika membaca tulisan saya. Tertawa karena memang ada yang lucu kata-katanya.

Bisa juga ada yang menertawakan kebodohan saya dalam menulis. Menertawakan saya sebagai penulis yang hanya punya ambisi tapi kemampuannya tidak memadai.

Tak apa. Dengan demikian saya pun bisa ikut tertawa. Tertawa untuk menertawakan diri sendiri. Tertawa untuk melupakan sejenak kegetiran hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun