Tidak heran, sebab semakin hari kemerosotan kesadaran kita sebagai manusia semakin mencemaskan. Kerinduan untuk kembali menjadi manusia selayaknya masih kalah pamor dengan keinginan untuk menjadi orang kaya, terkenal, dan memiliki kekuasaan.
Tempat-tempat hiburan kini lebih menarik minat kita dari pergi ke rumah ibadah untuk 'bertemu' Tuhan. Karena kita dapat berkilah,"Kan Tuhan ada di mana-mana. Tidak harus ke rumah ibadah. Bahkan Tuhan ada di hati saya." Benarkah Tuhan ada di hati saya? Kalau ada, mengapa kelakuan masih _seperti_ hantu?
Jadi, masihkah ada keberanian kita untuk mengucapkan: 'SELAMAT TINGGAL' kepada sifat-sifat buruk yang telah lama menjadi sang kekasih?
Spontan otakku mengeluh,"Aduuuuhh...gimana ya??? Soalnya...."
@refleksidiriuntukmenerangihati