Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Punya Motor, BB, dan Gelang Emas Rela Antri BLSM?

28 Juni 2013   18:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:17 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sungguh menyesakkan menemukan kenyataan. Bahwa dana kompensasi  dari pemerintah untuk rakyat susah akibat kenakan harga bahan bakar minyak banyak yang salah saasran. Membaca berita tidak sedikit para penerima bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) datang dengan mengendarai motor dan bawa BlackBerry atau ponsel.

Bahkan ada yang datang dengan mengenakan gelang  emas di lengan dan pekerjaan suaminya berwiraswasta. Sementara ada yang datang dengan pakaian lusuh malah tidak menerima undangan untuk pengambilan BLSM.

Apa tidak malu bisa beli BB masih dengan rela antri bantuan sosial dari pemerintah yang seharusnya buat orang yang tidak mampu yang boro-boro bisa membeli BB?  Mau beli beras untuk makan hari itu saja masih harus berpikir keras.

Semurah-murahnya BB,  pasti masih mencapai ratusan ribu. Belum lagi buat beli pulsa untuk koneksi internet yang mencapai puluhan ribu setiap bulannya. Ini benar-benar keterlaluan. Hal ini sudah menjadi penyakit di negeri kita. Banyak yang sengaja memiskinkan diri demi untuk mengurangi kesempatan orang miskin mendapatkan bagiannya.

Kalau pun kepalang basah sudah mendapat  jatah. Ya punya rasa malu sedikitlah. Itu BB disimpan di rumah kenapa? Sudah mengaku orang tidak mampu masih mau bergaya. Main BBM-an segala. Bagi orang yang tidak mampu mana sempat berpikir begituan. Yang terpikir. Bagaimana bisa makan dan menyekolahkan anak.

Kejadian ini baru di satu tempat seperti yang dilaporkan pada tulisan di atas. Kita tidak bisa memungkiri kejadian ini akan terjadi di tempat lain.

Bisa jadi modusnya adalah sanak-saudara bagian pegawai yang mendata yang akan mendapat prioritas. Memanfaatkan kesempatan. Tidak peduli mampu atau tidak mampu. Yang penting target tercapai. Buat apa susah-susah mendata.

Mudah-mudahan beritanya salah. Yang datang bawa motor, BB, dan gelang emas itu hanya berbaik hati mewakili tetangganya yang benar-benar susah.

Terlepas beritanya salah atau benar. Melihat realita di lapangan memang pemberian bantuan ini banyak yang salah sasaran. Kita percaya, kalau pemerintah mau lebih menggunakan hati dan tenaga untuk mendata.Sebenarnya masih  banyak rakyat miskin yang tinggal jauh di kampung-kampung hidup dalam keterasingan dan tak tersentuh bantuan.

Bila melihat kenyataan ini, seharusnya program BLSM dihentikan dulu sampai ada verifikasi data penerima yang valid. Karena tujuannya tidak sampai pada sasaran. Manfaatnya sungguh jauh dari harapan. Pemerintah tidak pernah mau belajar dari pengalaman sebelumnya. Ini benar-benar namanya mempermainkan rakyat.

Bagi yang masih termasuk mampu sampai rela mengantri demi bantuan sosial yang bukan menjadi haknya. Cobalah memiliki sedikit malu. Atau memang sudah ketularan kebanyakan pejabat kita yang memang sudah kehilangan rasa malunya?

Cobalah contoh seorang satpam yang walau masih termasuk tidak mampu tapi masih malu untuk mendapatkan BLSM itu. Jangan bikin malu, ah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun