Bandung, 5 Agustus 2013, peristiwa sadis mengerikan terjadi. Sesosok manusia diseret ratusan meter dengan menggunakan motor di jalanan rusak. Setelah sebelumnya dianiaya. Lalu diakhiri bacokan mematikan.
Dua orang pelaku bertubuh besar dan kecil belum diketahui identitasnya. Polisi masih menduga-duga siapa gerangan pembunuh sadis itu.
Sementara korban sudah diketahui. Seorang wanita berparas cantik berumur 30 tahun. Sisca Yofie namanya.
Entah motif apa yang melatar-belakangi perbuatan keji ini. Tubuh manusia diseret bak boneka di jalanan tanpa rasa dan takut . Ya ampun! Apakah sudah kehilangan sifat manusianya?
Bagaimana dengan rasa kemanusiaan yang ada pada kita? Merinding, bergetar, biasa saja atau malah masih bisa menertawakan?
Banyak peristiwa keji tersaji setiap harinya. Nurani kita mengalami ujian. Apakah semakin peka atau kehilangan rasa.
Dulu-dulu, membaca atau mendengar berita pembunuhan bulu kuduk sudah berdiri sendirinya. Bergidik. Nafas tercekat. Nurani masih peka. Mudah tersentuh dan terharu.
Berita tentang kelaparan nun jauh di Ethiopia tanpa sadar dapat membuat air mata menetes. Hati menjerit. Tak tega. Dalam hati diam-diam berdoa sebagai ungkapan empati.
Seiring berjalannya waktu. Lama-lama perasaan peka mulai tergerus. Mulai tak peduli dan kehilangan empati. Membaca berita pembunuhan malah bisa menjadi beita hiburan.
Kabar kelaparan tak usah di Afrika. Di sekitar kita pun tak sampai membuat kita meringis. Malahan menyalahkan pemerintah dan tetap berpangku tangan.
Kembali ke kasus sadis pembunuhan Sisca Yofie. Sungguh mengoyak perasaan dan bikin bulu roma merinding bagi sebagian orang yang nuraninya masih memiliki 'sinyal'. Masih ada getaran rasa kemanusiaan. Menyesali peristiwa ini bisa terjadi.
Tak habis pikir. Dendam atau kebencian yang memuncak telah menutupi seluruh perasaan si pelaku, sehingga sanggup melakukan pembunuhan itu.
Mungkin ada juga yang tak peduli. Tanpa sedikit pun empati atau malah menjadikan peristiwa ini untuk berguyon. Melecehan nurani.
Sadarilah, bila itu terjadi pada diri kita. Itu tandanya kita tak kalah keji telah membunuh nurani sendiri. Sesuatu yang paling bernilai bagi hidup kita. Karunia terbesar dari Sang Pencipta untuk makhluk-Nya yang bernama manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H