Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Omong Kosong Tentang Sampah

6 Januari 2013   22:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pasti kita sering menemukan kata-kata indah ini di lingkungan atau tempat yang kita datangi. Kalimat indah dan menarik itu: "Terima Kasih Telah Membuang Sampah pada Tempatnya!", "Buanglah Sampah pada Tempatnya!", "Kebersihan adalah Sebagian dari Iman", atau "Budayakan Hidup Bersih dan Sehat".

Apa yang terjadi? Semuanya omong kosong!Sampah berantakan di mana-mana. Mungkin ada persepsi bahwa yang namanya sampah ya tempatnya bisa di mana saja. Jadi buang sembarangan.

Sayang kalau yang namanya sampah harus dibuang ke dalam tong-tong yang masih bagus. Tidak heran tong yang disediakan untuk sampah malah kosong.

Di lingkungan pabrik di setiap sudut disediakan tong sampah disertai dengan kalimat indah seperti di atas. Namun setiap pagi sehabis sarapan, bekas pembungkus makan digeletakan begitu saja.

Tampaklah pemandangan menyesakkan. Bingung. Tulisan yang jelas terpampang diabaikan begitu saja. Tidak bisa bacakah? Semua karyawan minimal lulusan SMA. Jelas bisa baca.

Akhirnya anjuran membuang sampah pada tempatnya hanya sekadar jadi omong kosong. Karena ini menyangkut kebiasaan kita yang kemudian sikap hidup. Sesuatu hal yang sepele pun menjadi sukar dilakukan.

Tidak mudah memang membiasakan diri walau cuma membuang sampah pada tempatnya. Bagi kita yang terbiasa, mungkin heran dan bertanya. Apa susahnya?

Saya alami sendiri bagaimana susahnya mendidik si kecil di rumah untuk selalu buang sampah pada tempat yang disediakan.

Kadang bekas bungkus permen dibuang seenaknya. Bila melihat langsung, maka akan saya 'paksa' si kecil untuk memungut kembali dan membuang pada tempatnya.

Adalah tugas orang tua, para pendidik, dan para agamawan untuk mengajarkan tentang hidup bersih sedari kecil. Bersih lingkungan dan yang penting bersih hati. Nilai-nilai yang memang ada dalam setiap ajaran agama.

Menanamkan sifat tahu malu bila melakukan hal yang tidak pantas atau tidak benar. Tapi bagaimana bila sebagai orang tua, pendidik, dan agamawan sudah tidak memiliki rasa malu?

Waduh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun