Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

2013: Lebih Mengenal Ke-malu-an

1 Januari 2013   11:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:41 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ups! Kemaluan yang mana? Coba periksa punya masing-masing. Apakah masih ada di tempatnya dan dalam keadaan yang aman?

Baiklah, biarkan kemaluan yang satu itu berada di tempatnya dengan damai. Ini bukan saatnya bicara yang menyerempt ke soal itu. Tapi kemaluan yang satu lagi atau rasa malu yang ada pada setiap dari diri kita.

Apakah kita masih memiliki rasa malu? Tahu malu adalah salah satu sifat mulia yang harus dimiliki manusia menurut Konfusius.

Karena dengan memliki sifat tahu malu, maka dapat menghindari kita dari perbuatan yang tidak pantas atau memalukan.

Orang berani korupsi, padahal sudah bersumpah, menandakan sudah tidak memiliki rasa malu. Minimal pada dirinya sendiri.

Orang yang berani berbuat asusila atau kemaksiatan. Apalagi mengumbarnya, itu penanda rasa malunya sudah entah ada di mana.

Mereka yang seenaknya menyerobot ketika sedang macet, menandakan sifat malunya memalukan. Padahal bisa saja mereka berpendidikan tinggi.

Mereka yang tidak segan-segan saling mencaci maki di depan umum. Dipastikan pada saat itu kemaluannya sedang disembunyikan.

Bahkan saking ngemesnya ada yang memvonis bahwa mereka yang tidak malu melakukan hal-hal yang memalukan urat malunya sudah putus.

Hidup adalah perubahan. Boleh saja kita memiliki masa lalu yang memalukan dengan perilaku yang tidak tahu malu.

Tidak selamanya kita harus begitu. Biarlah tahun 2013 ini kita jadikan tahun keramat untuk menjadi tahu malu.

Mungkin tidak ada yang melihat perbuatan memalukan yang kita lakukan. Tetapi ingatlah masih ada langit dan bumi yang menjadi saksi. Ada dinding-dinding yang mengamati. Jangan lupa juga ada malaikat yang selalu mengikuti.

Bila kita percaya bahwa setiap gerak-gerik kita bahkan di tempat yang tersembunyi sekalipun ada yang mengawasi. Masihkah kita tidak malu?

Apabila kita masih menyimpan sifat tahu malu itu, maka kita pasti tidak berani berbuat perbuatan yang memalukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun