Demi membela harga diri, seringkali kita melakukannya dengan cara yang tidak tahu diri, sehingga mempermalukan diri sendiri.
#
Saat dalam perjalanan menuju Serpong, Tangerang Selatan, dengan nyaman dan santai menempuh perjuangan. Karena jalanan memang lengang, tapi tiba-tiba terhenti karena ada kemacetan yang tak terduga.
Padahal tidak bertemu perapatan atau pertigaan yang biasanya menjadi sumber kemacetan selama ini.
Ada apa gerangan?
Karena menggunakan sepeda motor, sehingga saya bisa terus melaju lewat pinggir. Akhirnya saya tahu yang menjadi biang kemacetan. Ternyata ada dua kendaraan yang berhenti di tengah-tengah jalan seenaknya. Satu mobil pribadi dan satunya lagi mobil angkot.
Terlihat jelas oleh saya, kedua pengemudinya sedang beradu mulut sambil saling menuding dengan muka garang.
Apa yang menjadi sumber keributan, saya tidak jelas, karena saya langsung melanjutkan perjalanan dan tidak mau menjadi penonton.
Saya hanya bisa menduga, kedua pengendara yang kendaraannya menjadi biang kemacetan itu sedang saling adu mulut untuk saling menyalahkan dan saling memaki demi membela harga diri masing-masing.
Yang benar hendak menyalahkan, karena merasa berhak, sedangkan yang salah tidak ingin disalahkan, karena juga merasa berhak membela dirinya.
Demi harga diri sendiri yang harganya pasti tinggi, mereka tidak peduli terhadap kepentingan orang lain. Mereka bisa seenaknya memarkir kendaraannya di tengah jalan untuk saling menuding.
Tak ada yang mau mengalah, yang ada justru merasa yang benar dan lawan harus dikalahkan. Saling bersitegang demi mempertahankan harga diri.
Tidak adakah cara yang lebih untuk menyelesaikan masalah selain atas nama harga diri? Demi harga diri dan keegoan, begitulah kita seringkali menutupi hati dan mengumbar emosi. Tak heran demi membela harga diri karena uang recehanpun harus saling memaki dan menyakiti.
Demi harga diri dan gengsi, kita rela merugikan saudara sendiri. Membuat celaka banyak orang dan menyebabkan penderitaan orang lain.
Demi namanya harga diri dan gengsi kita membiarkan emosi menguasai diri. Sampai lupa diri berbuat sesuatu yang tak seharusnya dilakukan, karena dapat mempermalukan sendiri.
Manusia memang egois dan lebih banyak memikirkan dirinya sendiri. Yang penting sendiri untung, merugikan orang lain tidak menjadi pikiran lagi.
Bahkan, kitapun tak malu lagi membawa-bawa nama Tuhan demi membela harga diri.
Pasti mahal sekali harganya harga diri manusia?
Tapi sayang, tidak sedikit dari kita yang demi membela harga diri, melakukan sesuatu hal dengan tidak menghargai dirinya sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H