Demi membela harga diri, seringkali kita melakukannya dengan cara yang tidak tahu diri, sehingga mempermalukan diri sendiri.
#
Saat dalam perjalanan menuju Serpong, Tangerang Selatan, dengan nyaman dan santai menempuh perjuangan. Karena jalanan memang lengang, tapi tiba-tiba terhenti karena ada kemacetan yang tak terduga.
Padahal tidak bertemu perapatan atau pertigaan yang biasanya menjadi sumber kemacetan selama ini.
Ada apa gerangan?
Karena menggunakan sepeda motor, sehingga saya bisa terus melaju lewat pinggir. Akhirnya saya tahu yang menjadi biang kemacetan. Ternyata ada dua kendaraan yang berhenti di tengah-tengah jalan seenaknya. Satu mobil pribadi dan satunya lagi mobil angkot.
Terlihat jelas oleh saya, kedua pengemudinya sedang beradu mulut sambil saling menuding dengan muka garang.
Apa yang menjadi sumber keributan, saya tidak jelas, karena saya langsung melanjutkan perjalanan dan tidak mau menjadi penonton.
Saya hanya bisa menduga, kedua pengendara yang kendaraannya menjadi biang kemacetan itu sedang saling adu mulut untuk saling menyalahkan dan saling memaki demi membela harga diri masing-masing.
Yang benar hendak menyalahkan, karena merasa berhak, sedangkan yang salah tidak ingin disalahkan, karena juga merasa berhak membela dirinya.
Demi harga diri sendiri yang harganya pasti tinggi, mereka tidak peduli terhadap kepentingan orang lain. Mereka bisa seenaknya memarkir kendaraannya di tengah jalan untuk saling menuding.