Peringatan: Tulisan kisah Si Kate tidak
berkepentingan membuat Anda tertawa berguling-guling sampai nungging atau terkencing-kencing. Apalagi membuat mati ketawa ala orang sinting. Tapi hanya mengingatkan, tertawa itu memang
penting. Termasuk menertawakan diri sendiri!
#
Si Kate mau pensiun nulis di Kompasiana? Paling cari sensasi. Lagian apa pentingnya ada atau tidak ada Si Kate nulis di Kompasiana. Kegeeran kali.
Eh, tapi penting juga sih buat penulis. Kalau Si Kate tidak menulis lagi. Lah apa yang mau ditulis lagi?
Pantasan seharian duduk manyun di bawah pohon ceri. Seperti ada yang dipikirkannya. Ada apa gerangan?
"Bro..., ternyata gairah dan kemauan serta ide yang banyak gak cukup jadi modal nulis di media sosial ya?" tiba-tiba Si Kate curhat.
"Maksudnya, Bro?" tanya penulis ingin mengetahui masalah sebenarnya.
Berceritalah Si Kate:
Bahwa sejak si E63 almarhum Si Kate sudah tidak ada HP kesayangan lagi. Sempat pakai si bintang tiga dari Korea, agar tetap bisa eksis menulis. Namun akhirnya harus dilepas juga dengan terpaksa.
Untuk melampiaskan nafsu menulisnya, Si Kate dengan bermuka badak pinjam HP adiknya si E75 yang sudah terendam air.
Berhubung nasib baik, HP itu bisa terus digunakan lagi. Tapi lama-lama tidak nyaman juga menulis dengan HP pinjaman. Bukan HP kesayangan. _ kalau gitu judulnya mesti diubah dong jadi 'Si Kate dan HP Pinjamannya'? Kok penulis baru tahu?
"Sebenarnya malu juga sih. Gak enak hati aja. Tapi nekad aja dipakai terus. Kalau gak gitu saya gak bisa nulis-nulis lagi di Kompasiana." Si Kate wajahnya memelas.
Penulis langsung meledek,"Masak sih harus segitunya? Wong gak usah memaksakan diri toh!"
"Iya sih. Tapi Kompasiana itu sudah seperti rumah sendiri selama ini. Sudah bagai kekasih yang selalu dikangeni. Sudah seperti restauran favorit yang selalu dihampiri. Kok jadi melow ya?" Si Kate semakin murung saja.
Si Kate bangkit dari duduknya dan memetik sebutir ceri yang langsung ditelannya. "Nulis itu enak seperti makan buah ceri ini. Manis dan wangi."
Nafasnya terasa berat bersama mengalirnya semilir angin. "Selama ini saya bilang 'bila ada kemauan pasti ada jalan'. Sekarang saya kehabisan jalan. Ternyata nulis di media sosial itu gak hanya cukup modal nekad ya, Bro?"
Terlihat senyum Si Kate begitu getir. Namun seketika berubah jadi tawa kecil. "Ah, saya gak boleh menyesali nasib dan tetap optimis. Gak bisa nulis di hape, kan tetap bisa nulis di buku. Gak apa deh kembali ke jaman batu ha ha ha....."
Penulis memaksakan diri ikut tertawa. "Jadi benar mau pensiun nih? Kira-kira dapat pesangon gak ya?"
"Sial! Pesangon biji mata lu!" umpat Si Kate cengengesan.
#
Kesedihan bukan alasan untuk tidak tertawa. Tertawa minimal dapat menghilangkan kesedihan. Yang patut disedihkan bila tak bisa tertawa lagi. Itu artinya hidup tak beda dengan mayat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H