Untuk melampiaskan nafsu menulisnya, Si Kate dengan bermuka badak pinjam HP adiknya si E75 yang sudah terendam air.
Berhubung nasib baik, HP itu bisa terus digunakan lagi. Tapi lama-lama tidak nyaman juga menulis dengan HP pinjaman. Bukan HP kesayangan. _ kalau gitu judulnya mesti diubah dong jadi 'Si Kate dan HP Pinjamannya'? Kok penulis baru tahu?
"Sebenarnya malu juga sih. Gak enak hati aja. Tapi nekad aja dipakai terus. Kalau gak gitu saya gak bisa nulis-nulis lagi di Kompasiana." Si Kate wajahnya memelas.
Penulis langsung meledek,"Masak sih harus segitunya? Wong gak usah memaksakan diri toh!"
"Iya sih. Tapi Kompasiana itu sudah seperti rumah sendiri selama ini. Sudah bagai kekasih yang selalu dikangeni. Sudah seperti restauran favorit yang selalu dihampiri. Kok jadi melow ya?" Si Kate semakin murung saja.
Si Kate bangkit dari duduknya dan memetik sebutir ceri yang langsung ditelannya. "Nulis itu enak seperti makan buah ceri ini. Manis dan wangi."
Nafasnya terasa berat bersama mengalirnya semilir angin. "Selama ini saya bilang 'bila ada kemauan pasti ada jalan'. Sekarang saya kehabisan jalan. Ternyata nulis di media sosial itu gak hanya cukup modal nekad ya, Bro?"
Terlihat senyum Si Kate begitu getir. Namun seketika berubah jadi tawa kecil. "Ah, saya gak boleh menyesali nasib dan tetap optimis. Gak bisa nulis di hape, kan tetap bisa nulis di buku. Gak apa deh kembali ke jaman batu ha ha ha....."
Penulis memaksakan diri ikut tertawa. "Jadi benar mau pensiun nih? Kira-kira dapat pesangon gak ya?"
"Sial! Pesangon biji mata lu!" umpat Si Kate cengengesan.
#