Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Penulis Sejati Tidak Membutuhkan Pembaca

6 Desember 2012   15:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:05 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_227963" align="aligncenter" width="576" caption="Ilustrasi/Admin (KAMPRET/Ajie Nugroho)"][/caption] Apa jawaban kita ketika ditanya tentang tujuan menulis? Beragam jawaban pasti akan mengemuka. Tapi tahan dulu jawabannya. Karena yang ditanya adalah saya! Mengetahui saya kini seorang penulis amatir, Sang Guru bertanya,"Kamu setiap hari menulis. Apa yang kamu tuju dan cari?" "Menulis untuk mengajari diri sendiri dan belajar menulis." jawabku santai. "Hanya itu?" "Untuk berbagi!" "Jawaban basi! Ada lagi?" kejar Sang Guru,"Ayolah, tidak usah ada yang ditutupi. Apa semulia itu?" "Ya, memang begitu, Guru. Aku menulis untuk refleksi dan berbagi kebaikan dengan menulis!" aku meyakinkan Sang Guru. "Bukan untuk mencari pembaca dan mengharap pujian?" selidik Sang Guru dengan senyuman khasnya. Dalam hati aku bergumam,"Tahu aja nih Guru! Bikin gak enak hati aja!" "Wajar dan manusiawilah mengharapkan banyak pembaca dan pujian. Namanya juga masih penulis amatir," suara Sang Guru mengagetkanku. "Iya, ya wajar dan manusiawi,' aku gelagapan,"Eh, maksudnya apa, Guru?" "Sahabatku. Seorang penulis sejati itu tidak lagi mencari-cari pembaca dengan menulis. Ia tidak butuh pembaca. Tetapi ia menulis yang dibutuhkan pembaca. Pada akhirnya pembaca yang membutuhkan tulisan-tulisannya!" Sang Guru menerangkan. Lalu Sang Guru menambahkan,"Sahabatku, tidak peduli berapa banyak yang baca. Penulis sejati akan menulis tanpa menghianati nuraninya. Ia menulis untuk bukan memuaskan mata atau perasaan pembaca. Ia tidak mengajari pembaca dengan menulis. Tetapi untuk menulis hanya untuk menunjukkan tentang kebenaran." Mendengar penjelasan Sang Guru, dada langsung terasa sesak. "Wah, Guru sepertinya sedang menyindirku nih!" "Apa begitu, sahabatku? Syukurlah kalau merasakan. Itu tandanya ada harapan untuk berubah dan menjadi penulis sejati." ujar Sang Guru sambil menepuk bahuku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun