Tidak melekat pada apapun. Bukan ada dan bukan tiada. Bukan pula keduanya. Lalu bagaimana dikatakan berhala?
Tanpa disadari atau disengaja sering kali kita tergoda omong kosong tentang agama lain. Karena ketidak-tahuan ataupun kesok-tahuan kita.
Entah sudah berapa kali saya harus mendengar omong kosong dari atas mimbar maupun dalam obrolan tentang agama Buddha yang dicap menyembah berhala.
Semua hanya karena umat Buddha berpuja bakti pada patung, sehingga diidentikan dengan menyembah berhala.
Padahal patung sama juga dengan bentuk lain dalam agama lain yang merupakan simbol agama.
Adalah omong kosong bila kemudian mengatakan bahwa agama Buddha itu menyembah berhala. Pada kenyataannya agama yang jelas-jelas menolak menyembah berhala justru bisa saja memberhalakan Tuhan dan simbol agamanya.
Saya bukan pemeluk agama Buddha, tetapi jengah juga mendengar ada pemuka agama yang berkoar-koar agama Buddha itu menyembah berhala. Saya anggap ini sebagai fitnah yang menyesatkan.
Dari yang saya pahami, justru menurut saya ajaran Buddha itu paling menentang berhala.
Inti ajaran Sang Buddha Gautama adalah melepaskan adanya kemelekatan. Tidak melekat pada apapun. Kalau pada yang tidak berbentuk saja tidak melekat. Bagaimana melekat pada yang berbentuk?
Sang Buddha tidak pernah mengajarkan untuk menyembah patung. Kalau umat Buddha ada ritual menyembah patung tertentu. Tidak lain hanya sebagai penghormatan kepada mereka yang semasa hidup dalam kebajikan dan berbudi.
Dalam hal ini tak dipungkiri, bila ada umat Buddha yang memberhalakan patung. Hal ini terjadi karena ketidak-mengertian saja.
Bukankah dalam setiap agama pun ada terjadi penyimpangan? Jadi tidaklah adil bila kita menyama-ratakan.
Pada intinya, di balik banyak 'fitnah' bahwa agama Buddha itu menyembah berhala. Ternyata ajaran Buddha justru agama yang paling tidak berhala. Karena mengajarkan tentang tidak melekat pada apapun.
Bukan ada dan bukan tiada. Pun bukan keduanya. Kekosongan tapi bukan tiada. Bukan tidak ada, tapi bukan kekosongan. Tidak sederhana, namun bukan rumit. Bukan rumit, tapi rumit juga. Kebenarannya kata-kata bukanlah kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H