Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sekali Lagi, Jangan Remehkan Kekuatan dari Menulis!

16 November 2012   13:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:14 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis untuk terapi, memotivasi, dan menyadarkan diri ? Kenapa tidak? Sekali lagi, jangan pernah kita remehkan dari kekuatan menulis. Karena begitu dahsyat kekuatannya.

Sejarah sudah membuktikan, dengan adanya kegiatan menulis. Kitab-kitab suci sampai sekarang dapat kita baca dan bermanfaat untuk begitu banyak umat manusia.

Begitu juga tidak sedikit orang yang hidupnya berubah karena membaca tulisan yang berisi motivasi dan pencerahan.

Menulis selain berguna untuk orang lain, sesungguhnya sangat berarti bagi diri sendiri. Bila ditulis dengan sungguh-sungguh dan dari kedalaman hati.

Berdasarkan pengalaman, bisa menulis setiap hari tanpa henti selama lebih dari tiga tahun adalah karena kekuatan dari menulis itu sendiri.

Karena menulis bagi saya pribadi adalah untuk memotivasi diri, penghiburan, dan untuk mengajari diri se diri.

Saya percaya kekuatan dari menulis disebabkan oleh pengalaman nyata yang pernah saya alami.

Ketika itu, frustasi dan kehilangan gairah sama sekali. Hidup segan, mati pun enggan.

Kehilangan selera membaca buku-buku suci dan mendengarkan ceramah kebenaran. Dimana sebelumnya saya begitu berminat.

Benar-benar kehilangan harapan. Buku-buku motivasi disentuh pun tak ada keinginan. Apa yang harus saya lakukan? Sering saya bertanya. Apa harus begini terus?

Alangkah sia-sianya kalau hidup harus terus begini?

Di antara ketiada-pastian itu, ada suara yang begitu nyaring dari dalam hati,"MENULISLAH! YA, MENULISLAH!"

Sejenak saya diam dan bertanya, "Menulis? Ide yang hebat!"

Sebenarnya jauh sebelumnya saya termasuk suka menulis. Menulis surat untuk sahabat pena dan menulis puisi cinta serta kata-kata bijak.

Namun sejak mendengar suara hati itu. Mulailah saya menulis kata-kata motivasi dengan tagline 'Catatan@seorang pemenang'.

Maksudnya dengan menulis untuk menjadi seorang pemenang atas segala masalah yang dihadapi.

Sungguh dahsyat, dengan mulai menulis. Semangat yang selama ini entah ke mana bersembunyi. Kini perlaha hadir kembali.

Begitulah, sejak itu menulis itu seperti makanan agau minuman energi yang memberi gairah dan energi.

Itulah sebabnya saya berani dengan tegas mengatakan, bahwa menulis itu memiliki energi yang luar biasa sekali.

Memahami hal ini, kita hendaknya menulis yang positif yang mendatangkan manfaat. Bukan kata-kata keluh kesah dan sumpah serapah. Mengungkapkan kebencian dan caci maki.

Percayalah, dengan kebenaran ini: Dengan menulis hal-hal yang positif, maka energi positif yang akan datang.

Sebaliknya menuliskan kata-kata yang negatif, maka energi negatif itu akan menjadi milik kita. Mungkin kita mendapatkan kepuasan dengan mengumbar kata-kata negatif. Tapi itu hanya sementara. Karena pada akhirnya semua itu akan menjadi milik kita.

Sekali lagi, betapa dahsyatnya kekuatan dari menulis itu. Bila hendak menulis, niatkanlah menulis sesuatu yang positif dan membawa manfaat.

Menulis adalah kegiatan yang murah meriah untuk mengisi waktu dan memberikan arti yang luar biasa.
Kekuatannya dapat kita gunakan untuk terapi mengatasi masalah yang kita hadapi.

Bercanda! Mana mungkin menulis untuk mengatasi kantong kosong!

Siapa bilang tidak bisa? Teruslah menulis yang bagus, jadikan buku atau kirim ke media. Bukankah itu bisa untuk mengisi kantong baju kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun