Terlalu sering kita merasa gengsi untuk mengakui kesalahan. Takut kehilangan muka. Padahal dengan mengakui kesalahan, kita tidak akan kehilangan apa-apa.
Berani mengakui kesalahan, diiringi dengan permintaan maaf. Menandakan kebesaran jiwa kita akan membuat kita dihargai dan menarik simpati.
Karena memang mudah untuk mengakui kesalahan dan tidak setiap orang bisa melakukannya.
Tentang mengakui kesalahan ini, Si Deden di rumah memberikan pengajaran kepada saya.
Saat ia nakal, tidak mau mendengarkan omongan orang tua. Lebih banyak main daripada belajar.
Ketikan hasil ulangannya jelek, baru ia menyadari akibat malas belajar. Ia datang ke maminya dan berkata,"Mami, maafin Dede ya. Dede salah karena gak dengarin kata Mami. Dede udah ngecewain Mami."
Bila sudah demikian luluh juga hati orang tua. Mau marah jadi memaklumi. Yang ada kemudian justru membesarkan hatinya.
Pada akhirnya, orang yang berani mengakui kesalahannya dan bertanggung jawab menandakan memiliki kebesaran jiwa. Ia adalah seorang pemenang.
Sebaliknya, orang yang selalu menutupi kesalahannya, mencerminkan kekerdilan jiwanya. Jelas ia hanyalah seorang pecundang.
Termasuk golongan manakah kita? Pemenang atau pecundang?
# Tuhan...sungguh aku malu dengan diriku yang hanya berani menyalahkankan. Tapih takut untuk mengakui kesalahan. Ampuni ya Tuhan. Beranikan diriku untuk menjadi manusia yang takut akan kesalahan. Jujur mengakui kesalahan dan berani bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H