Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polisi Jujur Itu Masih Ada

10 Oktober 2012   03:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:00 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat nila sebelanga, rusaklah setetes susu itu.

Ya, karena banyaknya oknum polisi yang berperilaku buruk selama ini. Polisi yang masih baik dan berintegritas kena getahnya juga. Jujur harus kita akui, kepolisian kita citranya sudah terlalu buruk dan terpuruk. Sampai-sampau ada yang mengutuk.

Tidak heran ada guyonan "Cuma ada tiga polisi yang jujur: Polisi Hoegeng, Polisi Tidur, dan Patung Polisi". Parah!

Ini sama saja hendak mengatakan bahwa di republik ini sudah tidak ada lagi polisi yang baik. Pak Hoegrng sudah tiada. Polisi tidur dan patung polisi hanyalah benda mati.

Padahal pada kenyataannya tidak sedikit polisi yang masih baik dengan menjaga integritas dan benar-benar mengabdi pada negara.

Tetapi sayang, polisi-polisi yang baik ini, ibarat susu di dalam belangga berisi nila. Akibatnya ada yang terkontaminasi. Tetapi ada juga yang masih tetap menjadi susu.

Salah satunya sebut saja Pak Yono. Saya mengenalnya ketika bekerja di Legok, Tangerang-Banten sekutar tahun 1995 sampai 1998.

Pak Yono adalah contoh polisi jujur dan bersahaja yang masih tersisa. Dimana beliau mengaku, selama menjadi polisi hanya sekali-kalinya ikut menilang dan kebagian lima ribu rupiah.

Setelah itu beliau kapok. Karena nuraninya berontak. Tidak heran akibatnya Pak Yono selalu dipindah tempat tugasnya dan sulit naik pangkat.

Saya pernah ke rumah beliau yang hanya berupa gubuk reot. Tidak ada barang berharga. Ke mana-mana hanya bermodal sepeda ontel.

Yang saya salut, Pak Yono adalah sosok yang humoris dan selalu tampak bahagia. Tidak ada beban, setiap hari selalu riang dalam melakukan tugasnya.

Pak Yono selalu bersyukur dengan keadaannya yang hiduo sederhana. Menjaga dan menjauhi tindakan-tindakan tidak terpuji sebagai abdi negara. Walau untuk itu Pak Yono harus menerima resiko dikucilkan oleh teman-temannya.

Baginya menjadi polisi itu bukan untuk gagah-gagahan dan dapat banyak obyekan. Tetapi panggilab untuk mengabdi pada negeri.

Jadi, sebenarnya bukan hanya KPK yang perlu diselamatkan. Tetapi negara juga perlu untuk menyelamatkan polisi-polisi yang masih jujur dan tulus mengabdi. Jangan karena oknum-oknum polisi, mereka yang menerima akibatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun