Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berhaji Ulang Itu Penyakit Sosial

30 September 2012   01:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:29 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal menulis opini di harian Kompas: Bahwa kebiasaan masyarakat kita menunaikan ibadah haji dan berumrah yang berulang-ulang merupakan penyakit sosial.

Menurutnya penyakit sosial ini perlu segera diobati. Karena berhaji berkali-kali itu bukan kewajiban. Yang wajib itu hanya satu kali seumur hidup.

Namanya penyakit tentu perlu obat untuk menyembuhkan. Obatnya adalah dengan mengikuti perilaku Nabi Muhammad SAW yang hanya beribadah haji sekali, namun berinfak ribuan kali.

Padahal kalau Nabi mau, setiap tahun berhaji dan setiap bulan berumrah pun bisa. Namun tidak dilakukan. Tetapi untuk berinfak, Nabi setiap saat melakukannya.

Selanjutnya Ali menulis: Bahwa menyantuni para janda, orang-orang miskin, anak-anak yatim, para pelajar yang tidak mampu. Pahalanya jauh lebih unggul nilainya bila dibandingkan dengan berhaji berulang kali.

Yang menjadi pertanyaan. Mengapa yang namanya penyakit justru banyak yang melakukannya?

Apabila memang tujuannya untuk beribadah bukankah sudah cukup satu kali?

Lagi pula beribadah haji sampai puluhan kali pun gelar yang dicantumkan tetap tertulis "Haji" saja. Bukan "Hajiiiiiiiiiiiii". Jumlah "i" -nya sesuai jumlah banyaknya naik haji.

Bila tujuannya ibadah, bukan kesempatan itu sudah terbuka lebar di depan mata?

Masih banyak tetangga yanghidup dalam kekurangan. Janda-janda yang kurang mampu. Anak-anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Yatim-piatu yang terlantar.

Semua itu adalah lautan pahala yang tak terhingga. Tetapi masih banyak yang lebih tertarik mengejarnya sampai ke Mekkah.

Lebih bernafsu dan rela mengeluarkan uang puluhan sampai ratusan juta. Sementara di kiri-kanan tidak kurang masih yang ada hidup dalam kepapahan.

Duuuuh......

Perasaan tidak enak nih ada yang menyeletuk,"Hey, emang masalah buat elo? Gue mau berhaji setahun sekali dan umrah setiap bulan bagi gue gak masalah tuh! Gak usah omong kosong deh!"

Ya sudah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun