Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal menulis opini di harian Kompas: Bahwa kebiasaan masyarakat kita menunaikan ibadah haji dan berumrah yang berulang-ulang merupakan penyakit sosial.
Menurutnya penyakit sosial ini perlu segera diobati. Karena berhaji berkali-kali itu bukan kewajiban. Yang wajib itu hanya satu kali seumur hidup.
Namanya penyakit tentu perlu obat untuk menyembuhkan. Obatnya adalah dengan mengikuti perilaku Nabi Muhammad SAW yang hanya beribadah haji sekali, namun berinfak ribuan kali.
Padahal kalau Nabi mau, setiap tahun berhaji dan setiap bulan berumrah pun bisa. Namun tidak dilakukan. Tetapi untuk berinfak, Nabi setiap saat melakukannya.
Selanjutnya Ali menulis: Bahwa menyantuni para janda, orang-orang miskin, anak-anak yatim, para pelajar yang tidak mampu. Pahalanya jauh lebih unggul nilainya bila dibandingkan dengan berhaji berulang kali.
Yang menjadi pertanyaan. Mengapa yang namanya penyakit justru banyak yang melakukannya?
Apabila memang tujuannya untuk beribadah bukankah sudah cukup satu kali?
Lagi pula beribadah haji sampai puluhan kali pun gelar yang dicantumkan tetap tertulis "Haji" saja. Bukan "Hajiiiiiiiiiiiii". Jumlah "i" -nya sesuai jumlah banyaknya naik haji.
Bila tujuannya ibadah, bukan kesempatan itu sudah terbuka lebar di depan mata?
Masih banyak tetangga yanghidup dalam kekurangan. Janda-janda yang kurang mampu. Anak-anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Yatim-piatu yang terlantar.
Semua itu adalah lautan pahala yang tak terhingga. Tetapi masih banyak yang lebih tertarik mengejarnya sampai ke Mekkah.