[•Kelapangan dada harus besar, keakuan harus diperkecil, sehingga dalam menyelesaikan tugas tidak banyak menemukan rintangan.]
Keakuan: egois, tidak mau mengalah, merasa paling benar, mudah tersinggung, tidak bersedia dikritik, dan tidak toleran.
Demikian keakuan itu semakin tumbuh besar dalam hati setiap manusia.
Ada yang berusaha melatih untuk mengendalihkannya. Berlatih membesarkan hatinya yang lapang.
Dengan kerendahan dan kelembutan hati untuk berlatih berlapang dada, secara perlahan keakuannya berkurang.
Di kehidupankita sehari-hari, banyak masalah timbul karena besarnya sifat keakuan ini.
Setiap orang ingin menang sendiri. Masing-masing merasa yang paling benar. Demikian masalah timbul, karena tidak dapat meredam keakuan.
Tetapi bila setiap individu dapat berlapang dada dalam menyelesaikan tugas, maka jalan lapang akan terbentang. Menghasikkan kelegaan hidup.
[•Kebutuhan sebenarnya tidak banyak, tetapi keinginan sangat berlebihan, kemelekatan ini yang menjadi lautan penderitaan.]
Hidup pada hakekatnya adalah berlatih untuk melepaskan keterikatan akan keinginan memiliki yang berlebihan.
Karena keterikatan itu pada akhirnya menjadi kemelekatan yang merupakan sumber penderitaan.
Apakah manusia tidak boleh berkeinginan?
Tetapi yang menjadi masalah adalah bila memiliki keinginan yang berlebihan.
Selain timbul keinginan untuk memiliki sesuatu. Padahal belum tentu itu merupakan kebutuhan.
Bisa jadi sekadar untuk memuaskan nafsu dan demi gengsi saja, sehingga keinginan melebihi dari yang dibutuhkan.
Demi untuk memenuhi segala keinginan yang berlebihan itu. Lahirlah penderitaan demi penderitan.
Dapat hidup sesuai kebutuhan, tanpa didasari keinginan yang berlebih merupakan pilihan yang bijak.
[•Belajarlah dari kelebihan orang lain, memaklumi kekurangannya. Demi kebersamaan yang lebih besar, lupakanlah kepentingan pribadi.]
Mencibir kelebihan seseorang dan meremehkan kekurangannya adalah sifat kerdil dan tidak memiliki jiwa pembelajar.
Seseorang yang cerdas dan berlapang dada akan selalu belajar dari kelebihan siapa pun. Ia pun belajar untuk memaklumi kekurangan seseorang.
Dengan adanya kekurangan orang lain, sehingga memberi kesempatan baginya untuk memberikan kelebihannya.
Dengan adanya hati yang memaklumi, maka akan timbul kesaling-mengertian dan kesaling-sepahaman.
Hal inilah yang akan melahirkan kebersamaan dengan melepaskan kepentingan pribadi. Karena mementingkan hal yang lebih besar.
•Kata-kata yang dikurung adalah wejangan Sang Guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H