Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Papiii... Jangan Marahi Mami Lagi Ya?!

3 September 2012   00:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:00 2760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengajaran hidup itu bisa datang dari apa dan siapa pun. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.

#
Yang namanya konflik dalam rumah tangga, pasti akan selalu ada. Sekadar perang kata-kata atau perang piring terbang. Bisa saja terjadi. Seringkali tak terhindar bila emosi sudah menguasai diri.

Itulah "indahnya" berumah tangga, kata orang-orang. "Peperangan" akan menambah kemesraan suami-istri. Begitukah?

Saya pun ingin menikmati "kemesraan" itu, maka marahlah saya. Walau sudah menahan diri dan berusaha tenang. Namun "peluru amarah" meluncur juga melalui SMS.

Mungkin istri yang curhat atau pesannya terbaca Si Dede, kemudian ia protes melalui telepon,"Papiii... Jangan marahin Mami sih. Kasihan tuh Mami jadi sedih!"

Mendengar perkataan Si Dede, perasaan jadi lemas. Tak bisa membantah lagi.
"Iya, De. Gak marah lagi kok sekarang."

"Papi janji ya gak marah sama Mami lagi? Kalau Papi salah harus minta maaf," pesan "si kakek-kakek".

Apa yang dikatakan Si Dede, rasanya sulit untuk membantah atau ikut memarahinya. Walau kata-katanya sederhana, tapi ada kekuatan dan energi positif yang menyertai.

Saya pikir, pengajaran itu bisa datang dari siapa saja. Tergantung dari keterbukaan hati kita untuk menerima atau menolaknya.

Bahwa Tuhan bisa meminjam apa dan siapa pun untuk mengajari umat-Nya adalah kebenaran yang acapkali kita abaikan.

Tiba-tiba kita kehilangan barang yang paling disukai. Perkataan seorang anak atau orang yang tidak dikenal. Hanyalah sedikit contoh yang saya yakini pernah kita alami.

Masalahnya apakah kita ada merefleksikan sebagai pengajaran atau mengabaikannya begitu saja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun