Mengherankan. Bingung. Tak habis pikir. Akhir-akhir soal isu SARA memang sedang-sedang hangatnya. Malah sudah memanas tepatnya.
Semua ini berkenaan dengan Pilkada DKI Jakarta. Dimana salah satu kandidat Cawagub adalah keturunan Tionghoa dan Kristiani.
Ada yang berteriak, tidak masalah bicara SARA. Karena sekarang jaman keterbukaan dan demokrasi. Bebas-bebas saja membawa-bawa isu SARA.
Lalu ada yang lantang beralasan, bahwa Amerika yang biangnya negara demokrasi pun tidak terlepas dari SARA.
Buktinya sewaktu Barack Obama mencalonkan diri sebagai presiden, ia pun ditanya hal yang berhubungan dengan SARA.
Masih ada lagi yang membandingkannya dengan Israel. Katanya, tidak mungkin orang Muslim bisa jadi pemimpin di sana.
Ya ampun, kok mau-maunya menyamakan dengan Amerika atau Israel sih? Ini namanya pembenaran.
Ya ampun lagi, kok belajar yang salahnya sama kepicikan orang Amerika dan Israel?
Ini Indonesia, Bung! Sebenarnya Indonesia itu negara besar dan terhormat. Punya dasar negara terbaik di dunia, Pancasila. Lengkap. Bicara demokrasi juga ada.
Kalau saya istilahkan "Demokrasi yang ber-Tuhan dan berperikemanusiaan".
Dari jaman dahulu nenek moyang kita sudah berdemokrasi dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam setiap agama yang kita anut juga sudah diajarkan untuk berdemokrasi dan bertoleransi serta saling menghormati. Apalagi?
Itu yang mestinya perlu kita gali. Bukan belajar hal yang salah dari Amerika atau Israel.
Mengapa harus menjadi pendendam dan mengikuti kesalahan bangsa lain?
Ini adalah masalah pola pikir atau pandangan. Padahal setiap agama yang ada mengajarkan untuk meluruskan pandangan dan berpikir secara jernih.
Tidak heran, dengan pola pikir yang sesat ini Indonesia masuk menjadi negara terkorup di dunia.
Ketika ada yang korupsi, maka berpikirlah,"Si itu dan si ini korupsi juga korupsi kok, saya boleh ikutan korupsi dong?!"
Sama halnya dengan Foke yang gerah dengan tuduhan dirinya sebagai dalang kebakaran berantai di Jakarta belakangan ini. Lalu berkata,"Kalau kebakaran di Suriah, Fauzi Bowo disalahin juga!"
Ya ampun, yang benar saja, bang? Orang gila saja tidak akan berpikir seperti itu. Katanya "Ahlinya"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H