Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Pi, Kasihan Randy Ya?!

14 Agustus 2012   01:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia lebih menggunakan instingnya ketika emosi dan hatinya tertutup. Ketika ada menyakitinya, maka ia akan berpikir bagaimana cara membalasnya.

Pemikiran,"Kamu menggigit saya, saya pun akan menggigit kamu. Tidak salah, kan?"

Dendam dan saling menyakiti merupakan keseharian kehilangan kita selama ini. Karena kita terlatih lebih untuk menggunakan insting daripada nurani.

Sedikit-sedikit marah. Sedikit-sedikit marah. Akhirnya marah menjadi berbukit.

Saya masih ingat. Bagaimana Si Dede bukan hanya memaafkan teman yang telah menyakitinya. Tetapi masih juga mengkhawatirkan temannya itu.

Si Dede punya gang bermain di kompleks. Salah satunya bernama Randy. Badannya paling besar. Di atas 30 kiloan. Sementara Si Dede paling imut. Cuma beratnya cuma sekitar 15 kg.

Suatu waktu karena keasyikan main dan lupa diri. Si Dede diinjak teman-temannya, termasuk Randy yang persis mengenai "burung" kesayangan Si Dede.

Akibatnya Si Dede kesaktian, menangis dan lari pulang ke rumah. Ternyata "burung" lecet dan bengkak. Sama istri segera dibawa ke dokter.

Tak disangka, Randy yang merasa bersalah dan ketakutan malamnya terkena demam. Sakit sampai 3 hari.

Mengetahui Randy sakit, Si Dede yang masih terbaring lesu di ranjang berkata,"Pi, kasihan ya Randy. Gara-gara Dede jadi sakit?!"

Saya memandanginya,"Kok kasihan? Bukannya Randy yang bikin Dede begini?"

"Iya sih. Tapi kan Dede udah gak apa-apa! Sama teman itu gak boleh dendam." sok tuanya Si Dede kambuh.

"Iya iya. Kan Dede pernah bilang 'maafin dan lupain'. Jadi Dede udah maafin Randy nih?" tanya saya untuk meyakinkan.

"Udah dong!" sahut Dede senyum.

Diam-diam tentu saya bangga dengan sikap Si Dede. Memang alangkah baiknya anak sedari kecil belajar untuk memaafkan. Tidak menyimpan dendam.

Kadang miris melihat ada orang tua yang justru mengajarkan atau menanamkan kebencian pada anak-anaknya. Akhirnya anak-anak justru hidup dalam permusuhan. Bukannya menikmati keceriaan dalam bermain dalam kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun