Sang Guru berkata di suatu senja tentang orang benar dan orang yang merasa benar:
Orang benar, tidak akan berpikiran bahwa ia yang paling benar. Sebaliknya orang yang merasa benar, di dalam pikirannya hanya dirinya yang paling benar.
Orang benar, akan merasa dirinya yang selalu bersalah. Sedangkan orang yang merasa benar, maka ia tidak akan perlu mengaku salah.
Orang benar setiap saat akan berintrospeksi diri dan merendahkan hati. Tetapi orang yang merasa benar, tidak perlu berintrospeksi. Karena sudah merasa benar, maka selalu tinggi hati.
Orang benar memiliki kelembutan hati, maka ia akan dapat menerima masukan dan kritikan dari siapa saja. Dari seorang anak kecil sekalipun.
Sementara itu orang yang merasa benar, hatinya lebih keras dari batu. Karena itu tak ada masukan dan kritikan yang akan berkenan di hatinya.
Orang benar akan selalu menjaga perilakunya dengan benar. Karena ia merasa Tuhan selalu mengawasinya. Berkata-kata penuh kehati-hatian dan selalu berpikir benar.
Orang merasa benar, bisa berperilaku seenaknya. Karena merasa mewakili Tuhan. Dalam berbicara selalu membawa Nama Tuhan. Walau kata-katanya jauh dari kebenaran.
Pada akhirnya, orang benar akan dimuliakan dalam hidupnya. Dicintai yang sepaham dan disegani yang bertentangan.
Namun orang yang hidupnya selalu merasa benar akan menerima kehinaan. Disanjung orang-orang berpikiran sempit dan dibenci orang-orang yang tidak mengerti.
#
Sekarang periksa diri masing-masing. Apakah kita ini orang benar atau hanya merasa benar?
Tidak usah tengok kiri-kanan. Tidak perlu menunjuk sana-sini. Cukup pikirkan tentang diri sendiri.
Tidak perlu malu mengakui. Tak usah sembunyi. Tegakan kepala. Heningkan hati. Biarkan nurani yang mengoreksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H