Kemiskinan bukan untuk menjadikan kita hidup dalam kehinaan. Kekayaan tidak untuk membuat kita hidup dalam penghinaan...
Saat menengok anak pertama saya yang sedang liburan ke Lampung dan terkena demam berdarah, sehingga harus masuk Rumah Sakit. Saya mendapatkan satu kisah kehidupan yang inspiratif dan bisa menjadi sebuah pembelajaran hidup.
Sebelum bercerita istri berkata,"Hidup ini gak bisa diduga ya. Makanya jangan meremehkan orang miskin. Siapa sangka saudara saya tadinya miskin. Sekarang udah jadi orang kaya!"
Seorang adik dari suami kakak istri saya tadinya seorang yang hidup dalam serba kesusahan. Tidak dipandang saudara. Begitu diremehkan.
Mengadu nasib ke Jakarta hanya sebagai seorang penjual somay. Tinggal di rumah petak kumuh melewati kehidupan.
Seperti layaknya orang susah. Kalau hendak bertamu ke rumah saudara pasti dicurigai macam-macam. Dikira mau pinjam uang atau minta bantuan.
Lebih menyedihkan tidak jarang saudara harus menutup pintu rumah, agar tidak berurusan. Karena pasti merepotkan.
Bayangkan bisa kita sendiri yang mengalami hal ini. Bagaimana perasaan kita?
Sekian tahun berlalu. Hidup memang selalu penuh misteri. Tidak ada yang menyangka. Anak perempuan dari saudara istri ini. Menikah dengan anak walikota.
Otomatis nasib segera berubah. Sekarang menjadi seorang pengusaha. Bergaulnya dengan pejabat dan orang-orang berkelas.
Sekarang katanya. Kalau ke rumah saudara. Pintu rumah terbuka lebar-lebar. Bahkan disediakan kamar berpendingin. Dilayani dengan hormat.
Begitulah. Persaudaraan hanya sebatas dipandang dari harta. Mungkinkah hal ini terjadi pada diri kita?
Beruntung. Tukang somay yang kini telah menjadi pengusaha tidak melupakan masa lalunya.