Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Baik Belum Tentu Benar

17 Juli 2012   04:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 4277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menjadi orang baik mungkin tidak susah. Tetapi bisa menjadi orang baik lagi benar tentu tidak mudah. Karena seringkali kita menjadi orang baik bukan atas kebaikan sejati. Lebih karena kepura-puraan.
Melakukan perbuatan baik belum tentu bisa dikatakan benar. Sebaliknya melakukan hal benar belum pasti akan dianggap perbuatan baik.

Dunia ini mengajarkan kepada kita. Bahwa perbuatan baik yang dilakukan seseorang belum tentu hal itu benar adanya.

Karena kebaikan yang dilakukannya belum tentu berasal dari hati yang benar.
Perbuatan yang dianggap baik itu belum tentu membawa manfaat yang baik.
Seorang politikus terkenal dermawan. Suka menolong tetangganya yang kesulitan. Sering mengadakan acara keagamaan. Bagi-bagi sembako dan amplop. Oleh masyarakat ia dianggap orang baik.

Tetapi ternyata semua dana yang digunakan didapat dari hasil mengakali dana yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat.

Ada lagi seorang anak juragan. Oleh teman-temannya dianggap orang baik. Karena begitu dermawan.

Setiap ada kesempatan selalu membelikan minuman keras untuk teman-temannya saat berkumpul.
Ada juga orang yang benar-benar melakukan perbuatan yang benar. Tetapi tidak selalu dianggap baik.

Misalnya seorang teman yang melarang teman agar tidak minum minuman keras dan berjudi. Bukannya berterima kasih, malahan dianggap sok alim. Banyak omong.

Ketika di kantor semua teman-teman kompak untuk korupsi. Sementara kita menolak. Resikonya justru kita dianggap tidak baik. Tidak solider.

Di dunia ini banyak orang baik. Tetapi sulit untuk menemukan orang yang baik lagi benar.

Banyak orang yang baik di mata manusia. Baik menurut pengertian sendiri. Baik menurut kacamata duniawi.

Namun belum tentu baik di hadapan Tuhan. Karena banyak kebaikan yang dilakukan berpamrih. Bukan dari ketulusan hati.

Termasuk golongan manakah kita ini? Tentu hanya diri kita yang tahu dan pasti jawabannya.

Tidak perlu bertanya kepada siapa-siapa. Itupun kalau kita mau jujur pada diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun