Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tidak Memaksa Kehendak Itulah Pemenang Sejati

10 Juli 2012   02:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07 4268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Dalam hal berhubungan dengan orang lain, harus ada pengendalian diri. Pengendalian diri berarti tidak memaksa kehendak pribadi. Tidak memaksa kehendak pribadi mencerminkan kekuatan diri." [Lao Tze]
Pasti begitu bangganya kita. Ketika ide atau kehendak kita dapat diterima atau disetujui oleh pihak lain.

Seringkali karena ambisi pribadi atau kepentingan golongan kita berkeras dan memaksa keinginan ataupun pemikiran.

Begitulah cara kita menunjukkan kekuatan. Dengan berbagai daya upaya. Bukan hanya memaksa. Tapi bila perlu dengan kekerasan.

Padahal kehendak pribadi kita itu belum tentu untuk kebaikan bersama. Semata lebih karena ambisi pribadi atau golongan saja.

Kita ingin setiap orang harus setuju dengan keinginan pribadi atau golongan kita. Cara memaksa dengan mengintimidasi dilakukan. Tidak peduli orang lain suka atau tidak.

Dalam pemilihan kepada daerah misalnya. Para kandidat melalui tim suksesnya tidak segan melakukan pemaksaan agar rakyat memilihnya.

Kemenangan adalah segalanya. Kemenangan yang mendatangkan kebanggaan. Tak heran apapun caranya dilakukan.

Namun kemenangan yang didapat bukanlah kemenangan yang sesungguhnya.

Dalam hal berdiskusi. Terjadi perbedaan pendapat. Acapkali atau boleh jadi sudah merupakan ketentuan umum.

Setiap orang harus tetap mempertahankan diri bahwa pendapatnya yang paling benar. Pendapat orang lain pasti salah. Tidak ada ruang untuk menerima pendapat lain sebagai kebenaran.

Ketika lawan diskusi berhenti karena terdesak. Kita merasa puas. Merasa menang dan lawan sudah kalah.

Pendapat sebenar apapun kalau dipaksakan justru akan mengabulkan kebenarannya. Karena kebenaran yang hakiki tidak perlu dipaksakan agar kebenarannya bisa diterima orang lain. Pada waktunya akan terbukti.

Mampu memaksakan diri untuk tidak memaksakan kehendak atau pendapat pasti lebih menjadikan kita sebagai pemenang.

Orang yang bisa mengendalikan diri pasti tidak akan memaksakan sesuatu hal kepada orang lain. Apalagi dengan tujuan untuk mengalahkan. Karena menjadi pemenang itu tidak harus dengan mengalahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun