Catatan di bawah pohon ceri untuk refleksi diri:
Karena lebih sering melakukan segala hal dengan hati yang palsu dan kepura-puraan, sehingga engkau lupa menggunakan hati yang asli. Yaitu nurani, hati kesejatian yang dimiliki setiap manusia. Hati maya lebih menguasai. Menjadi tuan rumah bukannya nurani.
Kemudian hidup dalam kepalsuan menjadi karaktermu, selanjutnya lupa untuk hidup menjadi diri yang sejati. Yang tahu mana yang baik mana yang tidak baik. Lebih asyik menjadi manusia yang hidup dengan hati maya.
Bohong, munafik, serakah, benci, cemburu, kikir, emosi, dan sombong sudah merupakan sifat yang tidak terpisah dari dirimu. Tidak malu lagi dipertunjukkan kepada dunia.
Apakah harus selamanya tenggelam dalam kebodohan ini sebagai seorang manusia?
Ada waktu untuk berubah. Ada waktunya untuk kembali seperti semula. Ada waktunya lepas dari keterlenaan. Bukan sekadar menyesali masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H