Ia dengan gembira menyatakan rasa bersyukur. Tuhan telah membukakan mata hatinya. Pandangannya menjadi luas. Kebenciannya menghilang. Hatinya tidak gersang dan bersisik lagi.
Ia berhasil membebaskan diri dari kefanatikan dan keegoannya dalam beragama.
Kisah teman ini mengingatkan diriku sendiri. Karena akupun demikian adanya. Entah apa sebabnya aku menjadi begitu agama lain. Padahal aku sendiri beragaman amburadul.
Ketidakmengertian yang menjadi penyebab kefanatikan. Dapat membebaskan diri dari kungkungan kefanatikan seperti terbebaskan dari himpitan sebongkah batu. Seperti pipa yang penuh kerak yang telah dibersihkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H