Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Omong Kosong Tentang Kebahagiaan

15 Juni 2012   09:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:57 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita terlalu banyak omong kosong tentang kebahagiaan. Akibatnya kebahagiaan hanya jadi omongan. Kalaupun kita bahagia. Tak lebih hanya kebahagiaan kosong. [k4t3dr4]

Setiap orang pasti ingin hidup bahagia. Tetapi bagaimana kebahagiaan yang kita inginkan?

Tak jarang hanyalah kebahagiaan semu yang justru menjadi awal penderitaan. Kebahagiaan yang adalah hanya dalam bentuk perasaan saja.
"Aku sungguh bahagia menjadi pacarnya. Karena dialah pria yan kuimpikan." seru seorang gadis belia.

Selang tiga bulan kemudian si gadis merana dan mengalami kesedihan yang luar binasa.

Apa sebab? Si pria telah berpindah hati ke gadis lain."

Seorang ibu begitu bahagia mendapatkan buah hati yang diidamkannya. "Mas, inilah kebahagiaan hidupku bisa memiliki anak dari kamu." bisiknya lembut kepada suaminya.

Namun kehidupan siapa yang dapat menduga. Sang anak belum berusia setahun sudah harus pergi selama-lamanya. Karena kecelakaan saat pulang mudik.

Wanita itu sedih meratapi nasibnya. Stres dan mengalami goncangan jiwa. Tak kuasa untuk kehilangan si buah hati.
Di mana kebahagiaan dulu yang dimilikinya?

Ada lagi seorang pria muda dan kaya. Setiap hari kelihatan bahagia. Bisa ke mana ia suka. Wanita mana mau dijadikan pacar tinggal pilih saja.

"Bro... Lu tau gak. Gue ini pria yang paling bahagia di dunia. Si Ani, Si Babby, dan si Luna bisa gue jadiin pacar semua."

Dasar nasib tiada yang tahu. Perjalanan pria kaya tersebut harus berakhir duka. Usahanya bangkrut. Hutang menumpuk. Berpenyakitan.

Sekarang. Mana ada gadis yang mau sama dia lagi? Saking tak kuasa menahan malu dan penderitaan. Akhirnya pria itu loncat dari apartemen di tingkat 18.

Katanya dulu begitu bahagia. Kenapa mesti bunuh diri segala? Raib ke mana kebahagiaan itu?

Kebahagiaan karena terpenuhi atau tercapainya keinginan. Bukanlah kebahagiaan mutlak.

Kebahagiaan karena memiliki kekayaan dan kenikmatan hanyalah kebahagiaan semu. Sewaktu-waktu akan lenyap begitu saja dan tak akan bisa ditemukan.

Lalu di manakah kebahagiaan sejati itu? Adakah kebahagiaan sejati itu?

Kebahagiaan sejati ada di dalam hati yang terkendali dan telah mencapai ketenangan. Hati yang telah terbebas dari keinginan dan keterikatan. Hati yang sudah mencapai apa adanya. Yaitu seperti yang semula.

Apakah kita dapat menemukan atau mencapainya? Tentu dan pasti. Kapan? Mulai saat ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun