Di pabrik tempat saya bekerja di setiap sudut disediakan tempat sampah. Tidak hanya itu. Terpasang juga kata-kata: "Terimakasih Anda Telah Membuang Sampah Pada Tempatnya" atau "Jagalah Kebersihan, Buanglah Sampah Pada Tempatnya".
Tetapi setiap hari sampah selalu bertebaran di mana-mana. Apalagi pada pada hari setelah semua karyawan masuk ke tempat kerja.
Sampah-sampah bekas atau sisa makanan ditinggal begitu saja. Padahal semua karyawan yang bekerja minimal lulusan SMA.
Pasti membaca tulisan yang terpampang dan mengerti tong-tong yang tersedia adalah untuk menampung sampah.
Padahal di pabrik ada aturan denda bagi setiap karyawan yang membuang sampah sembarangan. Tapi tidak tegas diterapkan.
Saya pernah secara iseng bilang ke bagian HRD. Bahwa percuma tempelan dengan kata-kata "Terimakasih Anda Telah Membuang Sampah Pada Tempatnya". Tidak efektif.
Coba kata-katanya diganti dengan "Anda Akan Menerima Rp 100 Ribu Bila Buang Sampah Pada Tempatnya".
Menurut saya karyawan tidak mematuhi membuat sampah tempatnya ada tiga sebab.
Pertama tentu berhubungan dengan kesadaran. Kedua karena kebiasaan. Ketiga, merasa tidak ada manfaat dengan membuang sampah pada tempatnya.
KESADARAN
Kesadaran dari dalam diri merupakan hal terpenting untuk menjaga kebersihan. Sadar bahwa membuang sampah itu tidak baik. Cerminan perilaku yang tidak bertanggung jawab.
Apabila kita memiliki kesadaran, maka akan malu membuang sampah sembarangan. Walau tidak ada yang melihat.
Suatu hari tanpa sengaja saya melihat seorang karyawan sehabis menyeduh kopi hendak membuang bekas bungkusnya.
Tampak ia mencari-cari tong sampah. Tapi tidak menemukan. Karena tongnya sedang dibersihkan. Tanpa saya sangka, ia memasukkan bekas bungkus kopi ke dalam rompinya.
Luar biasa. Menurut saya. Padahal saya sudah terbiasa memasukkan bekas bungkus permen ke dalam kantong celana. Inilah yang dinamakan kesadaran.
Tidak ada tong sampah sekalipun. Bukan alasan untuk membuang sampah sembarangan.
KEBIASAAN
Mengapa masyarakat kita dalam hal membuang sampah pada tempatnya sangat rendah sekali?
Jangankan di tempat-tempat umum. Seperti tempat wisata. Di rumah ibadah pun yang namanya sampah suka dibuang sembarangan.
Entah di vihara, masjid atau gereja Sampah-sampah bekas bungkus permen, tissue, dan bekas gelas air mineral. Begitu mudah ditemukan.
Hal ini tak lepas dari kebiasaan masyarakat. Anak-anak sejak kecil tidak atau kurang diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Pengalaman saya untuk mengajarkan si dede di rumah sampah membutuhkan waktu tahunan agar ia terbiasa.
MERASA TIDAK ADA MANFAATNYA
Persepsi membuang sampah pada tempatnya atau tidak sama saja. Menambahkan keengganan masyarakat kita untuk menjaga kebersihan.
Karena merasa tidak ada untung atau ruginya. Suka-sukalah sampah diperlakukan.
Apalagi kalau sampah berpikir. Buang di manapun nanti juga ada yang membersihkan. Jadi tak heran bila sehabis makan para karyawan tidak harus merasa bersalah meninggalkan sampahnya begitu saja.
Jadi masalah kebersihan ini tanggung jawab siapa? Tanggung jawab bersama dan diri sendiri tentunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H