Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menaruh Bekas Bungkus Kopi di Kantong Baju

21 Juni 2012   11:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:42 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu hari tanpa sengaja saya melihat seorang karyawan sehabis menyeduh kopi hendak membuang bekas bungkusnya.

Tampak ia mencari-cari tong sampah. Tapi tidak menemukan. Karena tongnya sedang dibersihkan. Tanpa saya sangka, ia memasukkan bekas bungkus kopi ke dalam rompinya.

Luar biasa. Menurut saya. Padahal saya sudah terbiasa memasukkan bekas bungkus permen ke dalam kantong celana. Inilah yang dinamakan kesadaran.

Tidak ada tong sampah sekalipun. Bukan alasan untuk membuang sampah sembarangan.
KEBIASAAN

Mengapa masyarakat kita dalam hal membuang sampah pada tempatnya sangat rendah sekali?

Jangankan di tempat-tempat umum. Seperti tempat wisata. Di rumah ibadah pun yang namanya sampah suka dibuang sembarangan.

Entah di vihara, masjid atau gereja Sampah-sampah bekas bungkus permen, tissue, dan bekas gelas air mineral. Begitu mudah ditemukan.

Hal ini tak lepas dari kebiasaan masyarakat. Anak-anak sejak kecil tidak atau kurang diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya.

Pengalaman saya untuk mengajarkan si dede di rumah sampah membutuhkan waktu tahunan agar ia terbiasa.
MERASA TIDAK ADA MANFAATNYA

Persepsi membuang sampah pada tempatnya atau tidak sama saja. Menambahkan keengganan masyarakat kita untuk menjaga kebersihan.

Karena merasa tidak ada untung atau ruginya. Suka-sukalah sampah diperlakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun