Suatu hari tanpa sengaja saya melihat seorang karyawan sehabis menyeduh kopi hendak membuang bekas bungkusnya.
Tampak ia mencari-cari tong sampah. Tapi tidak menemukan. Karena tongnya sedang dibersihkan. Tanpa saya sangka, ia memasukkan bekas bungkus kopi ke dalam rompinya.
Luar biasa. Menurut saya. Padahal saya sudah terbiasa memasukkan bekas bungkus permen ke dalam kantong celana. Inilah yang dinamakan kesadaran.
Tidak ada tong sampah sekalipun. Bukan alasan untuk membuang sampah sembarangan.
KEBIASAAN
Mengapa masyarakat kita dalam hal membuang sampah pada tempatnya sangat rendah sekali?
Jangankan di tempat-tempat umum. Seperti tempat wisata. Di rumah ibadah pun yang namanya sampah suka dibuang sembarangan.
Entah di vihara, masjid atau gereja Sampah-sampah bekas bungkus permen, tissue, dan bekas gelas air mineral. Begitu mudah ditemukan.
Hal ini tak lepas dari kebiasaan masyarakat. Anak-anak sejak kecil tidak atau kurang diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Pengalaman saya untuk mengajarkan si dede di rumah sampah membutuhkan waktu tahunan agar ia terbiasa.
MERASA TIDAK ADA MANFAATNYA
Persepsi membuang sampah pada tempatnya atau tidak sama saja. Menambahkan keengganan masyarakat kita untuk menjaga kebersihan.
Karena merasa tidak ada untung atau ruginya. Suka-sukalah sampah diperlakukan.