Tidak salah? Bukankah Lady Gaga lebih layak dihujat dan dikutuk? Karena telah menyebarkan maksiat. Merusak iman generasi muda bangsa kita. Kok malah berterimakasih? Pasti penulisnya sedang koplak!
Sebelum muncul kontroversi konser Lady Gaga yang rencananya digelar 3 Juni tahun ini. Saya belum pernah melihat penampilan Lady Gaga di atas panggung.
Belakangan ini sekali dua kali saya sempat menyaksikannya di televisi. Apa pendapat saya? Bukan mau sok suci. Karena saya masih setengah bejat.
Namun berkenaan dengan penampilan panggung Lady Gaga, menurut saya memang tidak layak ditonton oleh orang yang masih memiliki moralitas dan rasa malu.
Kalau dikatakan gara-gara kedatangan Lady Gaga dapat merusak generasi muda bangsa ini. Memang terdengar lebay. Apalagi sampai mengancam akan membuat Jakarta chaos.
Sebenarnya tanpa perlu dihebohkan. Konser Lady Gaga tak akan banyak pengaruhnya. Karena memang diadakan di tempat tertutup.
Justru karena dihebohkan dan ada acara ancam-mengancam menjadi berita. Membuat orang semakin penasaran tentang Lady Gaga.
Kalau kita mau jujur. Dengan tidak ada kehadiran Lady Gaga pun kemaksiatan itu sudah menjadi keseharian kita.
Khususnya di panggung-panggung musik di daerah. Kalau Lady Gaga sempat melihat. Mungkin akan malu sendiri. Karena kalah vulgar. Nyatanya tidak mendapat penolakan. Bahkan anak-anak pun bebas menyaksikannya.
Kalau kita masih memiliki kesadaran. Mestinya kita berterimakasih kepada Lady Gaga.
Kalau kita menganggap penampilan Gaga yang vulgar tersebut bisa merusak akhlak generasi bangsa. Mengapa kita juga tidak tegas menentang kemaksiatan di sekitar kita?
Apakah yang katanya membela kebenaran agama menutup mata?
Jangan jauh-jauh. Lokalisasi Kali Jodoh di Jakarta Barat saja masih bertahan sampai sekarang.
Masih banyak diskotik-diskotik yang menampilkan tarian erotis dibiarkan.
Masih banyak panggung-panggung hiburan yang menampilkan goyangan
yang bisa membuat kelamin kita turut bergoyang.
Terasa lucu memang. Ketika kita menolak tarian Lady Gaga karena tidak sesuai dengan budaya nusantara. Tapi saat bersamaan kita bebas menikmati goyangan erotis dan seronok para penyanyi dangdut.
Apakah karena dangdut dianggap budaya lokal?
Memang tidak ada salah menolak dan menentang kemaksiatan. Tetapi alangkah indahnya bisa sebagai agamawan tiada henti-henti menanamkan nilai-nilai moralitas kepada umatnya.
Sepertinya kita mustahil menolak kemaksiatan. Tetapi kita dapat menjaga diri untuk tidak mendekatinya.
Lady Gaga hanyalah bagaikan seekor semut. Karena rasa panik kita sampai harus membunuhnya dengan menggunakan bom. Koplak! Eh, maksudnya itulah kata-kata bijak koplak dari saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H