Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjelekkan Orang Lain

25 April 2012   13:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:07 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Sembunyikan kejelekan dan tonjolkan kebaikan orang lain." Ini moto hidup yang selalu disampaikan para guru yang bijak.

Penyakit manusia dari dahulu kala sampai sekarang telah ada salah satunya ada suka menjelekkan orang lain dan menyembunyikan kebaikannya.

Kita selalu saja tergoda untuk berbicara atau menyampaikan keburukan seseorang kepada orang-orang di sekitar.

Secara terang-terangan atau diam-diam dari mulut ke mulut. Entahlah mengapa keburukannya yang lebih menjadi bahan pembicaraan?

Apakah karena rasa iri dan kebusukan hati kita? Padahal tiada kebaikan yang akan kita peroleh dengan menyebar keburukan orang lain. Kalau menerima keburukan itu sudah pasti.

Sebaliknya sesuatu yang bermanfaat baik dengan menyebarkan kebaikan orang lain. Malah kita menganggapnya sebagai hal yang munafik.

Membicarakan kebaikan orang lain demi untuk memotivasi dan menginspirasi orang lain. Jelas hal yang membawa kebaikan. Entah mengapa kita engan melakukannya.

Kebaikan dan keburukan itulah yang selalu terdapat dalam diri seorang manusia.

Semua tergantung sudut pandang kita ketika menilai seseorang. Bil kita lebih fokus pada sisi buruknya, maka buruklah seluruhnya. Karena

kita menutup mata untuk melihat dari sisi baiknya.

Bila demikian. Apa yang terjadi di dalam diri kita? Kita telah menyemai benih-benih kepicikan, kebencian, dan permusuhan tanpa kita sadari.

Pada akhirnya tumbuh subur, sehingga sifat dalam perilaku kita. Kita menjadi picik hanya mau menilai tapi tidak mau dinilai.
Orang-orang yang tidak sepaham atau berbeda akan kita benci dan musuhi.

Tanpa kita sadari, perilaku kita yang suka membicarakan dan menyebarkan keburukan orang lain. Secara tidak langsung telah menunjukkan dengan jelas keburukan diri kita sendiri. Bahkan bisa lebih buruk daripada seseorang yang kita jelekkan.

Duh.... siapa tuh? Ngacung! Mau ngangkat tangan tapi malu ah. Maaf, lain kali ya ngangkatnya. Tolong diwakili dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun