[caption id="attachment_181302" align="aligncenter" width="320" caption="sumber : Tempo.co "][/caption]
Seumur-umur saya baru pertama kali membaca kata "Instagram". Saya kira temannya telegram atau kilogram ataupun saudara jauhnya, hologram dan diagram.
Ternyata saya ini pengguna internet yang koplak. Untung baru sadar. Tapi saya yakin untuk nama yang satu ini, banyak rekan yang belum tahu. Karena memang masih cukup asing.
Instagram, adalah aplikasi berbagi foto untuk pengguna iPhone, dibesut dua alumnus Universitas Stanford bernama Kevin Systrom (28) dan Mike Krieger (26)
Instagram diluncurkan pada akhir September 2010 memang nge-hit untuk pengguna iPhone di Amerika. Karena aplikasinya memang didesain khusus untuk ponsel pintar iPhone.
Dengan jumlah pengguna sekitar 31 juta.
Perkembangan Instagram memang sangat significant. Apalagi baru-baru ini Instagram meluncurkan versi untuk Android.
Ternyata Instagram menarik perhatian dan minat pemilik Facebook, Mark Zuckerberguntuk, membelinya dengan mengakuisisi. Sebelum keduluan oleh para pesaing. Google, misalnya.
Tanpa ada gembar-gembor sebelumnya, per 9 April 2012, Facebook resmi mengakuisisi Instagram dengan harga yang fantastis.
Mark Zuckerberg berani menghargai Instagram senilai 1 miliar US Dollar atau setara Rp 9,1 triliun. Dalam bentuk dana segar dan saham.
Padahal Instagram hanya dikelola 13 orang karyawan menurut versi BBC. Karena ada yang menyebutkan 9 orang.
Yang menjadi pertanyaan. Mengapa Facebook demikian berani menggelontorkan uang sampai Rp 9,1 triliun untuk membela Instagram yang baru memiliki 31-an juta pengguna. Bandingkan dengan Facebook yang mencapai 850 anggota.
Dalam bisnis, semua keputusan tentu tidak diambil begitu saja. Pasti melalui berbagai perimbangan dan perhitungan yang matang.
Siapa yang meragukan kemampuan Mark Zuckerberg dalam hal ini? Bila melihat perkembangan atau kemajuan yang dicapai jejaring sosial miliknya. Insting bisnisnya sudah teruji dan keberanian mengambil keputusan sudah mumpuni.
Mark Zuckerberg menunjukkan kepada kita. Bahwa untuk mencapai kemajuan yang besar dalam hidup. Khususnya dalam bisnis, harus berani dan cepat mengambil keputusan besar. Dengan perhitungan tepat tentunya.
Bila kemudian mengalami kegagalan, itu adalah resiko. Tapi yang pasti dengan adanya keberanian mengambil keputusan, maka keberhasilan akan menanti.
#
Disarikan dari Tempo.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H