Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humor

Admin Kompasiana, Mana Taringmu?

28 Maret 2012   05:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:22 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Gonjang-ganjing berkenaan dengan perilaku negatif penggunanya yang disebut kompasianer di Kompasiana bukan sekali duakali saja.

Dari perdebatan panas soal agama yang membuat urat leher mengeras sampai krasak-krusuk tulisan esek-esek yang berakibat Kompasiana berlendir-lendir.

Seru. Pro kontra merebak. Tapi semuanya berlalu. Ibarat pribadi yang saya plesetan "hilang satu tumbuh lagi satu".

Demikianlah keadaan Kompasiana. Hilang satu masalah, muncul lagi satu masalah. Untung bukan hilang satu tumbuh seribu. Soalnya satu saja bikin Admin pusing tujuh keliling. Kompasianer uring-uringan.

Baca-baca sana-sini. Ternyata sekarang muncul kasus akun kloningan yang meresahkan. Dimana digunakan untuk kepentingan mengaktualkan tulisan sendiri. Lalu muncul akun dengan nama yang sama dengan akun kompasianer yang sudah eksis.

Akibatnya ada kompasianer yang melayangkan protes keras dan berat ke Admin. Tapi sampai saat ini Admin bergeming. Entah apa yang sedang terjadi.

Suasana makin keruh karena akun kloningan masih tetap eksis. Banyak sudah kompasianer yang merasa kebakaran jenggot. Heran. Padahal banyak yang jelas-jelas tidak punya jenggot. Bahkan selembar kumis pun tidak. Ini aneh!

Sampai pada hari ini saya membaca tulisan seorang kompasianer kawakan, Budi van Boil yang bertanya,"Min, mana taringmu?!
"

Saya yakin maksudnya adalah mengultimatum agar Admin menunjukkan taringnya.

Tidak salah nih?

Lalu saya sedikit berfantasi. Membayangkan bagaimana reaksi para Admin di ruang kerjanya ketika membaca tulisan Mas Boil.

Tampak para Admin yang sedang bertugas sontak terloncat dari tempat duduk sambil mendekap mulutnya. Salah satunya menengok ke rekannya sambil bertanya,"Emang kite punye taring ye?"

Rekan yang ditanya hanya menggeleng-geleng dengan tangan masih mendekap di mulut.

"Iye nih, maksa banget sih. Nyuruh kite nunjukkin taring. Pan kite kagak punye. Emangnye kite ini vampir?!" sahut rekan lainnya kebingungan bernada protes.

Menyaksikan adegan yang ada dalam khayalan saya senyum-senyum sendiri. Kalau ada yang mau temani boleh sih.
Biar gilanya tidak sendirian.

Kebenarannya memang demikian kok. Selama bertemu dengan beberapa Admin Kompasiana, saya melihat dengan mata kepala sendiri. Mereka tidak ada taringnya.

Jadi tolong jangan memaksa Admin untuk menunjukkan sesuatu yang tidak mereka miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun