Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Telat Datang Disuruh Pulang, Sudah Menunggu Disuruh Pulang Pula!

27 Februari 2012   00:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:59 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beginilah kalau jadi nasib "orang kecil" dan membutuhkan pekerjaan. Harus "teraniaya" oleh keadaan dan rela menerima nasib. Mengalah dan memaklumi "orang besar" yang punya kuasa.

Kalau kita orang kecil diperlakukan tidak adil itu oleh orang besar, katanya sudah sewajarnya. Tapi kalau orang besar diperlakukan tidak adil oleh orang kecil, maka akan dianggap kurang ajar. Oh, nasib. Siapa yang menciptakan aturan ini? Kurang ajar dan perlu diajar!

Ini sekelumit pengalaman nyata yang saya alami berkenaan dengan hal ini.

Di sebuah perusahaan baru sedang ada penerimaan karyawan. Hari itu datanglah serombongan pelamar baru untuk memenuhi panggilan tes.

Setelah melalui berbagai tes setengah harian. Tinggal satu tes terakhir untuk menentukan diterima atau tidaknya. Yakni diwawancarai oleh manajer.

Mereka disuruh menunggu. Dijanjikan jam 3 manajer baru datang. Tentu saja mereka patuh menunggu. Karena memang butuh.

Tunggu punya tunggu. Jam tiga berlalu. Para pelamar yang sudah menunggu lelah disuruh pulang. Sebab urusan manajer belum selesai.

Mereka diminta kembali lagi jam 10 keesokannya. Semua tetap patuh. Mau apalagi? Namanya butuh. Tapi ceritanya tetap harus menunggu. Membosankan. Apa yang bisa dilakukan? Ada yang tidur-tiduran. Ada yang bolak-balik jajan.

"Kasihan ya, demi untuk dapat pekerjaan harus menunggu terus." kata saya.

"Ya, itu mah resiko!" timpal seorang rekan.

Di lain waktu. Ada seorang pelamar yang datang telat untuk memenuhi panggilan wawancara. Oleh satpam disuruh pulang. Alasannya, baru mau melamar saja sudah telat, apalagi kalau sudah kerja?

Begitulah. Kalau orang kecil telat tidak perlu dimaklumi. Tapi kalau orang besar
yang telat harus dimaklumi. Kan mereka sibuk. Satpam tidak mungkin akan menyuruh manajer yang telat itu pulang.

Lalu iseng-iseng saya curhat di warung. Karena tidak mungkin juga saya memarahi manajer yang telat yang menyebabkan para pelamar harus menunggu. Maklum saya juga orang kecil.
"Kalau secara kemanusiaan ya gak boleh gitu. Jangan mentang-mentang mereka yang butuh. Lalu dibiarkan terus menunggu. Kalau tidak mau nunggu, toh masih banyak yang mau kerja. Padahal kan perusahaan butuh tenaga mereka juga."

"Iya sih. Tapi manajer sibuk. Mungkin ada meeting mendadak atau urusan lain." bela seorang rekan.

"Tapi kan bisa dijadwal. Tidak bisa semaunya. Membuat orang menunggu tidak ada kepastian." sahut saya.

Ngomong-ngomong kok saya yang sewot ya?! Padahal para pelamar yang menunggu sudah ikhlas menerima nasibnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun