[caption id="attachment_172482" align="aligncenter" width="397" caption="id.wikipedia/kapanlagi.com "][/caption]
Partai Demokrat mau memboikot media? Kok seperti air susu dibalas air tuba? Mungkin Mas Jemmy Setiawan lupa, bahwa Partai Demokrat terdongkrak namanya karena bantuan media juga.
Sekarang karena media sudah dianggap lebih banyak merugikan partainya, sehingga harus mengeluarkan seruan, agar seluruh kader, terutama para elit untuk memboikot media.
Seruan ini dikeluarkan dalam siaran persnya, Sabtu (18/2/2012) oleh Ketua Biro Bidang Hukum dan HAM Partai Demokrat Jemmy Setiawan dalam siaran persnya, Sabtu (18/2),
Namun seruan itu bagaikan angin lalu bagi para kader yang suka omong semisal Ruhut Sitompul _maklum pengacara, jadi harus banyak omong.
Buktinya pada Seninnya (20/2) di gedung DPR, Ruhut sudah akrab melayani wartawan dengan mesra. Tidak tampak ada gejala memboikot media.
Seperti biasa, Ruhut sudah banyak omong. Bahkan membeberkan ada pembagian Blackberry kepada para peserta yang mengusung Anas pada saat pemilihan Ketua Umum PD di Bandung.
Seperti yang dikutip dari TempoInteraktif, "Itu biasa, partai-partai lain juga seperti itu. Itu kan supaya menjaga komunikasi dan supaya tidak ada intervensi dari tim lain. Jadi kami minta mereka mematikan handphone mereka dan kami kasih BlackBerry," ucap Ruhut dengan gaya khasnya.
Namun Ruhut menjelaskan, ia tidak mengetahui dengan jelas uangnya berasal dari mana. Karena walau sebagai tim sukses Anas, ia tidak terlibat dalam masalah uang.
Sebenarnya, benarkah media telah mengobok-obok Partai Demokrat selama ini?
Yang benar dan jelas terlihat sebenarnya justru kader PD sendiri yang menunjukkan bobrok partainya sendiri. Dimana muncul pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan.
Bahkan tersirat ada indikasi saling menjatuhkan. Tidak kompak untuk saling melindungi. Tidak solid meredam pemberitaan media.
Hal ini tentu saja menjadi makan empuk media. Kemudian dimanfaatkan dengan lawan politik yang memiliki media untuk memperburuk citra PD yang sedang terpuruk. Karena kasus korupsi yang melibatkan kadernya.
Kemudian para elit PD termasuk Dewan Kehormatan yang juga menjadi presiden, SBY ramai-ramai menyalahkan media sebagai biang kerok kekisruhan dan keterpurukan partainya.
Hal ini tentu menjadi aneh dan ini menunjukkan sikap arogan. Padahal kebanyakan sumber berita buruk itu justru datangnya dari kader partai. Lalu mengapa media yang menjadi kambing hitam.
Sekali ini menunjukkan bahwa para elit di PD memang pintar tapi tidak cerdas. Apalagi bijak.
Dalam keadaan ini, boro-boro mereka memikirkan rakyat. Termasuk para wakil rakyatnya. Urusan sekarang lebih penting adalah mencari selamat.
Ngomong-ngomong, waktu itu kok saya tidak kebagian Blackberry ya? Padahal ketika itu saya mendukung Anas loh! Karena merasa menjanjikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H