Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dilarang Menulis Judul: Bombastis!!?

16 Agustus 2011   13:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa reaksi kita ketika membaca sebuah judul yang menarik dan bombastis, tapi ketika dibaca isinya biasa-biasa saja? Bahkan ada yang tidak berhubungan antara judul dan tulisan!

Mungkin ada yang kecewa setengah mati dan mengumpati penulisnya sebagai penipu. Tapi karena tidak punya keberanian, mengumpatnya hanya di depan komputer saja.

Ada juga yang karena kesal dan merasa ditipu, langsung bereaksi pada kolom komentar dengan kata,"Dasar penipu! Penulis gak mutu!"

Ada lagi yang senyum-senyum sambil meninggalkan komentar,"Ketipu deh!"

Kalau reaksi saya sendiri?
Cukup senyum-senyum, walau kadang merasa tertipu, tapi segera pikiran itu saya buang jauh-jauh. Berbalik salut dengan kreatifitas si penulis.
Karena untuk bisa memberikan judul tulisan yang menarik itu tidak mudah.
Bahkan kadang lebih sulit menulis judulnya dari isi tulisannya.

Reaksi berlebihan dengan menuduh si penulis sebagai penipu dan sampai mencaci maki, tak lebih dari pertunjukan kebodohan diri kita sendiri semata.

Mengapa?
Karena itu adalah karakter seseorang yang selalu mau mencari kesalahan orang lain saja. Selalu mau melihat ke luar, tidak mau melihat ke dalam.

Ketika kita tertarik dengan sebuah judul yang bombastis lalu membacanya, bukankah kita yang telah menipu diri sendiri dengan imajinasi yang kita ciptakan saat membaca judulnya saja. Bisa saja penulisnya tidak ada niat menipu sama sekali, tapi kita sendiri yang menipu diri sendiri.

Mengapa harus menyalahkan orang lain, kalau bukan karena kita memang pencari kesalahan orang lain?

Kalau tulisan itu saya ibaratkan seorang gadis, yang ketika menjadi penghuni bumi oleh orangtuanya diberikan nama yang indah "Si Putri Ayu Pujaanlelakisampaimati"

Suatu waktu, saat membuka Facebook kita menemukan nama indah tersebut. Apalagi si gadis memasang fotonya dengan gambar bunga mawar. Segera kita tertarik berkenalan dan membayangkan dirinya seorang gadis yang cantik sesuai dengan namanya.

Karena sudah kebelet, tak tahan juga kita janjian untuk bertemu dengan Si Putri. Namun alangkah terkaget-kagetnya, karena ternyata gadis yang telah kita bayangkan kecantikannya berdasarkan namanya itu agak-agak.
Hidungnya agak pesek. Matanya agak juling dan bibirnya agak sumbing.

Kecewa boleh saja. Tapi apakah kita pantas mengutuki ibunya Si Putri Ayu Pujaanlelakisampaimati itu sebagai penipu karena memberikan nama yang begitu indah tapi tidak sesuai rupanya?

Menurut saya, apapun motif pemberian judul yang bombastis pada sebuah tulisan, tidak layak kita menuduh si penulis sebagai penipu.
Kitalah yang telah menipu diri sendiri, tepatnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun