Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Proses Mengolah Ide Menjadi Tulisan

27 September 2011   07:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap penulis pasti memiliki cara kreatif dan terbaik untuk menghasilkan tulisan demi tulisan. Sebuah ide yang dimiliki antara satu penulis yang satu dengan yang lain pasti cara mengolahnya sampai menjadi sebuah tulisan.

Ibarat masakan, walau bahan mentahnya sama. Tapi setiap koki bisa saja memiliki cara yang berbeda untuk mengolah bahan tersebut sampai tersaji di meja makan.

Bagaimanapun cara atau proses yang kita lakukan untuk menghasilkan tulisan, yang terpenting adalah ada tujuan dan manfaatnya. Dengan kesungguhan dan keinginan untuk berbagi informasi, inspirasi, motivasi, dan refleksi.

Saya bukanlah tipe penulis yang betah berlama-lama di depan komputer untuk mencari ide. Lalu mengolahnya dengan klik sana-sini untuk mengumpulkan bahan
Sebab ketika berada di depan layar monitor. Dalam hal ini layar ponsel. Saya sudah siap 100 persen untuk menulis dengan bahan di dalam kepala.

Sebab saya ketika memiliki ide menulis, jarang langsung dituangkan dalam bentuk tulisan. Kecuali tulis humor dan puisi. Biasanya begitu ada ide spontan dituliskan.

Perlu beberapa jam untuk mengolahnya. Bisa juga berhari-hari sampai berminggu-mengendap di kepala.
Mengapa perlu berlama-lama? Karena adakalanya perlu menunggu momen yang pas dan hati sudah sreg untuk ditulis.

Kebanyakan tulisan saya adalah untuk pembelajaran dan refleksi. Sebab itu begitu dapat ide, selalu saya olah terlebih dahulu dalam pikiran dan hati. Dipikir-pikir dan ditimbang-timbang.

Setelah matang baru dituangkan dalam bentuk tulis. Bahkan ada ide yang sudah tersimpan bulanan, baru kemudian dijadikan tulisan.

Saat masih proses di kepala, adakalanya untuk meyakinkan diri dan menambah amunisi saya diskusikan bahan tulisan dengan teman.

Dengan cara ini, ada kenyamanan dan gairah tersendiri. Ketika hendak ditulis ada semacam daya ledak. Tulisan menjadi menggelegar. Ketika sudah jadi tulisan, lahir kelegaan.

Kelebihannya menurut saya dengan cara ini adalah sebuah tulisan lebih matang. Tidak berdasarkan perasaan emosi, senang atau tanpa arah. Karena memang sebelum ditulis, sudah dipertimbangkan dengan matang. Kiri-kanan dan atas-bawah. Tidak semata-mata mengandalkan pemikiran. Tapi sudah direnungkan dalam-dalam.

Keuntungannya adalah tulisan jarang memiliki celah untuk "diserang". Kalaupun ada mendapatkan "serangan" atau kritikan kritis, saya sudah memiliki senjata penangkalnya.
Menulis memang diperlukan pemikiran matang. Tidak menulis dengan serampangan. Menulis itu memang susah-susah gampang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun