Saat kita memiliki hati yang bisa menerima perbedaan pendapat dengan orang lain, maka akan ada kebahagiaan di hati.
Ketika hati dan pikiran kita selalu terbuka terhadap perbedaan pendapat. Hal itu berarti kita bisa melepaskan keegoan. Pada saat itulah akan hadir kebahagiaan.
Tatkala kita tidak khawatir dan galau akan adanya perbedaan dalam kehidupan dengan orang lain. Benih-benih kebahagiaan telah tumbuh di dalam diri kita.
Mengapa? Karena pada saat itu kita memiliki hati yang lapang dan pikiran yang luas. Tidak terkungkung oleh kepicikan hati dan kesempitan pikiran.
Karena kita sudah bisa melepaskan kemelekatan sebagai paling benar.
Memiliki hati yang lapang dan pikiran yang luas, sungguh nyaman dan melegakan. Itulah kondisi yang akan menciptakan kebahagiaan bagi kita.
Bila berbeda pendapat dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar dan disikapi dengan perasaan tidak menolak. Tidak akan ada pertentangan.
Perbedaan pendapat bukan sesuatu yang perlu diperdebatkan. Tetapi yang diperlukan adalah sikap untuk saling menghargai. Bila memiliki prinsip ini, bukankah akan lahir kebahagiaan?
Bagaimana ada kebahagiaan, bila di dalam diri kita selalu merasa memiliki pendapat yang paling benar?
Dengan demikian orang yang berbeda pendapat dengan diri kita akan dianggap sebagai musuh. Sebagai orang yang tidak perlu diajak bekerja sama.
Orang yang memiliki pendapat yang berbeda dengan kita akan selalu dianggap salah. Sebab pendapat kitalah yang paling benar di dunia ini. Kita akan selalu menolak pendapat dan masukan dari orang lain. Karena bagi kita tiada benarnya.
Kita selalu berusaha melindungi diri untuk tidak mendengar pendapat yang disampaikan siapapun juga.
Bayang, bila kita memiliki hati dan pikiran demikian. Bagaimana akan ada kebahagiaan?
Dengan kondisi demikian, dipastikan kita akan hidup dalam beban dan tekanan. Karena kita takut berbeda dan tidak bersedia menerima perbedaan pendapat.
Kata-kata berbeda itu indah bisa saja hanya dianggap omong kosong belaka. Tidak semudah menuliskan indahnya perbedaan untuk memahami maknanya yang berwarna.
Mau membuka diri dan bersedia berbeda pendapat dengan orang-orang di sekeliling. Bagi sebagian orang bukan hal yang mudah. Padahal kondisi demikian sudah menyiksanya.
Namun tetap dirasakan sebagai kenyamanan. Kenyamanan yang membuat hidup dalam kebodohan yang tidak membahagiakan.
Duh, menulis hal ini sepertinya sedang menguliti diri sendiri saja. Lumayanlah, karena minimal memiliki sedikit keberanian untuk mengubah pandangan diri sendiri selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H