Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Hakimi Aku, Lihatlah Pikiran dan Hatiku

18 September 2011   09:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:51 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam proses tersebut tentu tidak jarang terjadi kegagalan dan penyesalan. Sama halnya seperti yang terjadi pada saya dan juga orang lain.

Begitulah, penghakiman lebih menjadi pilihan daripada penguatan.

Mengutip perkataan Kahlil Gibran di atas, saya jadi berpikir dan merenungi serta bertanya-tanya pada diri sendiri.

Jangan-jangan selama ini kita _khususnya saya_ telah menjadi penyebab anak kita semakin nakal?.
Orang-orang terdekat menjadi semakin tidak baik oleh penghakiman yang tidak sadar kita lakukan dari waktu ke waktu.

Ketika anak kita nakal kita menghakimi dengan berkata,"Dasar anak nakal! Tidak pernah berubah padahal sudah sering dinasehati!. Kamu memang sudah tidak bisa berubah!!!".

Padahal jauh di dalam hati dan pikirannya, ingin sekali ia berubah. Tapi oleh perkataan kita, ia melupakan cita-citanya dan mengingat-ingat terus perkataan "Anak nakal dan tidak bisa berubah!".

Begitu juga perlakuan kita terhadap seseorang saat melakukan kesalahan. Padahal sesungguhnya ia begitu menyesali kesalahannya.

Namun kita terlanjur menghakimi,"Kamu memang tidak bisa berubah. Salah lagi. Salah lagi. Tidak ada benarnya sama sekali!".

Bisa saja perkataan kita yang demikian, kemudian terekam dengan baik. Lalu menjadi perilaku hidup seseorang untuk membuktikan kebenaran perkataan kita.

Pertanyaan, mengapa sesama manusia yang katanya bersaudara, terlepas dari hubungan dalam kehidupan, harus saling menghakimi daripada menguatkan???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun