"Tari, ini kan cuma sementara. Cuman 6 bulan dan uangnya banyak. Apa kamu mau hidup susah terus begini? Kebetulan lagi ada yang mencari jodoh untuk kawin kontrak. Kupikir kamu cocok. Jangan buang kesempatan, Tari!" rayu Ayu, saudara dekat keluarga Tari.
Lestari seakan di persimpangan jalan. Memikirkan kehidupannya yang miskin sejak dari kecil. Tergambar kesulitan dan kesengsaraan.
Apalagi melihat penampilan Ayu yang glamour dengan perhiasan di tubuhnya. Dimana juga Pak Somad tampak mendukung agar Lestari mengambil kesempatan ini.
"Tapi Lestari takut, Abah. Ini juga tidak sesuai hati Lestari!" Lestari memberi alasan kepada orangtuanya.
"Ya, udah. Coba dipikirkan dulu. Besok Ayu datang lagi. Kalau begitu Ayu pamit dulu."
Memutuskan sesuatu hal yang tidak sesuai pilihan memang membuat risau dan kepala pening. Tetapi sebagai manusia yang hidup dalam tekanan. Lebih utama bagaimana bisa segera terlepas dari tekanan menjadi pilihan.
"Tari, Abah juga sebenarnya tidak ingin kamu kawin kontrak dengan orang asing itu. tapi Abah pikir ini kesempatan baik untuk dapat uang. Buat biaya adik-adikmu sekolah dan bayar utang. Kalau sampai Abah tidak bisa bayar, sawah Abah bakal diambil renteiner."
Mendengar penuturan Abahnya, Lestari merasa trenyuh, menitikkan airmata. Menguatkan hatinya dan membulatkan tekad untuk memutuskan tawaran Ayu menjalani kawin kontrak.
Apa boleh buat? Dalam hidup memang harus memilih. Apapun itu. Benar atau salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H