Iri adalah penyakit hati yang dapat diobati oleh hati yang selalu bersyukur.
#
Sambil memegang sepeda baru kakaknya Si Dede berkata,"Enak ya sepeda kakak besar? Punya dede kecil udah gak bisa dipakai. Tapi dede gak iri kok!"
"Benar nih, dede gak ngiri?" Tanya saya meyakinkan.
"Gaklah. Nanti punya dede juga kebeli kok!" Sahut Si Dede ceria.
Begitulah reaksi Si Dede ketika sore itu kakaknya pulang membawa sepeda baru. Ada seseorang yang membelikan untuk kakaknya Si Dede sebagai transportasi ke sekolah.
Sepeda Si Dede sendiri sudah cukup lama tidak digunakan karena memang sudah tidak cocok untuknya yang kini berumur 7 tahun.
Sebenarnya Si Dede sudah lama minta dibelikan sepeda yang sesuai dengan umurnya. Tapi untunglah saat kakaknya mendapat sepeda baru, ia tidak merongrong, justru mengatakan bahwa ia tidak iri.
Namanya iri hati, bisa dikatakan penyakit yang seringkali menjangkiti kita. Kita suka iri dengan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain.
Melihat teman membeli mobil, sedang kita masih jalan kaki, lalu diam-diam timbul rasa iri.
Teman satu kantor lebih dulu naik pangkat, rasa iri menyeruak seakan tak terima, karena merasa memiliki kemampuan lebih.
Ada tetangga lebih maju usahanya, langsung iri dan berprasangka buruk terhadap. Walau saling menyapa, tapi hati penuh kecurigaan.
Akibat sifat iri ini kemudian timbul pikiran buruk lainnya yang semakin menggerogoti hati kita.
Daripada kita menyelimuti hari dengan rasa iri terhadap kelebihan orang lain, bukankah lebih baik kita turut bersyukur atas kelebihan mereka?
Daripada kita sibuk mengembangkan sifat iri hati kita, lebih baik kita ikut merasakan keberhasilan yang diraih oleh orang-orang di sekitar kita.
Turut bersyukur dan berbahagia atas apa yang dimiliki orang lain adalah obat terbaik untuk mengobati penyakit hati kita.
"Pi, rumah sebelah udah beli mobil tuh! Motor kamu udah 7 tahun gak ganti-ganti, gimana sih?" Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan saya saat menulis.
"Oh, baguslah. Motor ini biar udah 7 tahun juga masih gesit menjelajahi seantero Jakarta!" Ujar saya sambil menunjuk kearah motor.
Saya pikir, Si Dede saja tidak iri sama kakaknya, buat apa iri pada tetangga?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI