Sejak kemunculannya yang pertama sudah menarik perhatian saya. Si Akang yang sedang merantau ke Mongondow, boleh dibilang spesial menulis fiksi.
Tak diragukan. Tulisan-tulisan saudara kita yang masih menjomblo dengan gaya rambut gimbalnya. Selalu menjadi bacaan favorit kompasianers. Terbukti, walau tidak masuk HL atau terekomendasi. Pengunjungnya pasti banyak dan ramai komentar.
Satu hal yang memaksa saya memasukan nama R28. Karena bulan Desember nanti akan mudik dan akan membawa oleh-oleh buat saya.
Terus terang ada satu nama penulis fiksi lagi yang ingin saya sertakan. Tapi saya tidak berani terang-terangan mengungkapkan. Biarlah menjadi terfavorit di hati saja.
Untuk kategori humaniora sebenarnya banyak nama yang layak. Dalam hal ini saya kebingungan memilihnya. Jadi memilih nama Arimbi ini dipastikan ada unsur kedekatan. Boleh dong.
Semua tulisan Ibu muda ini saya memastikan mengalir dari hati. Tanpa dipengaruhi segala kepentingan. Menulis dalam sunyi sebagai relaksasi.
Tulisan-tulisannya saya yakin selalu menjadi terfavorit bagi pembacanya.
Untuk rubrik media, mau tak mau saya harus memasukan nama Herman Hasim. Walau mengaku penulis ecek-ecek. Tapi tulisannya selalu menggigit.
Setiap kata-katanya ibarat gigi ular berbisa yang bakal mengigit. Jadi kalau baca tulisan beliau jangan terlalu dekat.