Ini kisah di negeri mimpi di mana para pejabatnya hobi korupsi. Bila tidak korupsi bisa membuat sakit gigi. Tidak peduli rakyatnya disakiti. Yang penting kantong penuh terasi.
Ini memang negeri mimpi yang dulunya dihuni para suci. Namun kini para pejabatnya asyik berkolusi demi kepentingan sendiri.
Korupsi merajalela dan rakyat menderita. Kekayaan alamnya yang melimpah ruah hanya berguna bagi segelintir orang saja. Terutama tentu saja bagi pejabatnya yang serakah luar biasa.
Kesejahteraan dan kemakmuran untuk seluruh rakyat yang dijanjikan undang-undang hanya menjadi mimpi belaka.
Pemimpin dan pejabat di negeri mimpi tidak sungkan untuk hidup mewah dan berpesta.
Fasilitas bagi mereka yang menggunakan uang negara harus yang kelas satu.
Bukankah negara ini kaya dan sebagai pejabat negara layak mendapatkan semuanya?
Begitu para pejabat di negeri mimpi bertepuk dada.
Dengan segala fasilitas yang ada dan peluang korupsi yang terbuka lebar-lebar, masih mendapatkan gaji yang ke-13. Padahal bila uang-uang yang tidak perlu dikeluarkan itu, dapat digunakan untuk menghidupi anak-anak terlantar yang setiap hari berlalu lalang di depan istana.
Terdapatlah seorang pejabat partai yang bernama Abu Nawas. Dikenal sebagai tokoh bersih dan santun. Rakyat menyambut gembira karena bisa dijadikan tokoh panutan dan dijadikan pemimpin masa depan.
Tetapi pada akhirnya, diketahui juga, Abu Nawas tidak berbeda yang pejabat lainnya yang memiliki gengsi.
Demi untuk penampilan sebagai ketua, ia rela meminjam mobil Mercy temannya untuk ke sana-sini.
Gengsi dong sebagai ketua mobil yang digunakan rakyat biasa apalagi naik taksi.
Pejabat di negeri mimpi memang gengsinya tinggi-tinggi, tapi tidak perlu malu hati bila berhubungan dengan yang namanya kolusi dan korupsi.