Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nunun, Ternyata Sudah Menikah dengan Bule di Singapura

8 Juli 2011   14:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat kehidupannya yang nyaman di Singapura Nunun menjadi lupa siapa dirinya dan seakan lupa ingatan. Tidak ingat lagi dengan Kang Dadang, suaminya yang menanti siang dan malam. Nunun benar-benar dimanja oleh kehidupan mewah yang diberikan Mr David.

Apalagi kemudian Mr David memutuskan untuk menikah dengan Nunun dan akan diboyong ke Inggris setelah tugasnya berakhir di Singapura.

Nunun yang awalnya hanyalah gadis dari desa dengan penampilan sederhana, kini benar-benar sudah berubah. Kini Nunun bisa menikmati kehidupan mewah dan pesta-pesta.

Nunun, Nunun..... Telah lupa diri dan lupa daratan, sehingga tidak ingat asalnya di mana.

Nunun kelihatan sangat menikmati kehidupannya sekarang dan bahagia.

Tapi entahlah mengapa sampai ia lupa untuk pulang ke kampung halamannya di mana ia dilahirkan?

Entahlah, apakah hatinya masih bersuara untuk membisiki agar tidak lupa diri dan sadar kembali. Bahwa bagaimanapun kembali ke asal dan bersujud pada kedua orangtuanya adalah hal yang lebih penting. Apalagi masih ada Kang Dadang yang setia menanti.

Apakah Nunun sebenarnya ingin pulang namun kepalang malu atau karena hatinya benar-benar tidak berfungsi lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun